Pada tanggal 24 febuari 2022 terjadi perang antar rusia dan ukrania,peristiwa ini menandai sebagai peristiwa penting dalam perang ukraina dan rusia yang dimulai pada tahun 2014. Konflik dari perang ini setelah  revolusi  martabat ukraina, awalnya berfokus  pada status krimea dan bagian dari donbas, yang diakui sebagai bagian dari ukraina.
Menurut berita yang saya baca, korban akibat perang tersebut setidaknya ada 42.295 orang yang meninggal  dunia, 58.479 orang yang cedera,dan 15.000 orang yang hilang. Kerusakan properti kurang lebih US$350 M.
 Akibat perang yang terjadi, membawa dampak bagi beberapa Negara di dunia, salah satunya adalah Indonesia. dampak yang terkena di Indonesia adalah kenaikan harga barang. kedua Negara ini merupakan salah satu Negara yang menghasilkan komoditas seperti jagung, gandum dan minyak. harga minyak telah naik 62 persen secara tahunan diangka 126 dolar Amerika per barel dan harga batubara naik 150 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Harga gandum melunjak  menjadi dua kali lipat dari harga sebelumnya. Ukraina merupakan pemasok gandum terbesar bagi Indonesia. Indonesia hampir 100% mengimpor gandum dari ukraina. Menurut Data Badan Pusat Statistik, ukraina memasok 2,96 juta ton gandum dari total 10,29 juta ton yang diimpor ke Indonesia tahun 2022.
Sejak perang berlangsung, produksi gandum turun menjadi 8%. Harga produk gandum seperti roti,mie dan tepung terigu di perkirakan akan melunjak harganya. Selain gandum harga jagung,kedelai,dan gula diperkirakan akan melonjak seiring kenaikan harga gandum.
Beberapa waktu lalu presiden jokowi melakukan kunjungan kerja ke ukraina dan rusia. Hal ini dilakukan sebagai upaya dalam memberikan solusi untuk mengatasi ancaman krisis pangan yang dipicu oleh perang antar ukraina dan rusia. Presiden Jokowi menegaskan situasi pangan Global tidak akan membaik jika pupuk dari Rusia dan gandum di Ukraina tak tersedia.
Beruntungnya, Indonesia belum terdampak dari sisi migas.indonesia juga tidak perlu mengimpor beras lantaran produksi beras mampu mencukupi kebutuhan dalam negeri dan stoknya stabil. biasanya Indonesia harus mengimpor satu setengah hingga dua juta ton beras untuk mencukupi kebutuhan dalam negeri namun sejak tiga tahun terakhir Indonesia sudah menghentikan impor beras karena petani masih memproduksi beras hingga saat ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H