Mohon tunggu...
Indra Gunawan
Indra Gunawan Mohon Tunggu... -

Bukan siapa-siapa...

Selanjutnya

Tutup

Nature

Angan Berinvestasi pada Kemurahan Alam

24 Juni 2010   04:52 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:19 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Di satu akhir pekan bersama keluarga mencoba menghabiskan kejenuhan rutinitas pekerjaan dengan mengasingkan diri ke rumah keluarga di sebuah Dusun dipedalaman Kecamatan di Pulau Sumbawa. Kesejukan terasa mulai memasuki 1 kilometer pertama. Hamparan sawah dengan padi yang telah menguning memberi nuansa baru hati untuk kembali kemasa kecil ketika Bapak mengajarkan falsafah hidup sambil mengusir burung-burung pemakan padi.

Ketika sampai di Rumah Paman, sambutan hangat menghiasi suasana sore jumat yang begitu sejuk. Sekilas nampak gugusan berhektar-hektar bukit tandus memenuhi pandangan. Hati sedikit miris ketika mengetahui kebiasaan masyarakat melakukan peladangan yang hanya bisa dimanfaatkan pada musim penghujan. Awalnya bukit tersebut hutan dengan beraneka ragam pohon-pohon besar. Namun masyarakat menebang untuk dialihkan menjadi ladang sebagai sumber penghidupan mereka. Sebuah dilema antara kelangsungan ekosistem alam dan kelangsungan hidup masyarakat.

Sejenak termenung melihat fenomena ini. Alam sepertinya menangis melihat kondisi dirinya dan masyarakat disekelilingnya. Namun hati alam selalu murah. Memberi penghidupan masyarakatdengan mengorbankan dirinya. Namun kekhawatiran besar menyelimuti pikiran. "Sampai kapan alam akan bermurah hati? akankan alam suatu hari akan murka?". Entah. Murka alam adalah murka Tuhan. Yang jelas ketika alam murka, manusialah yang akan menjadi korban kemurkaan itu.

Ingin rasanya mengubah pola mereka tanpa harus harus mengorbankan keduanya dengan cara mencoba memberikan pemahaman agar mereka kembali menanam lahan yang mereka garap dengan tanaman penguat yang mampu mendatangkan nilai ekonomis besar dikemudian hari namun lahan itu tetap dapat ditanami palawija dengan sistem tumpang sari. Agar ekosistem alam kembali normal dan masyarakat dapat mengambil investasinya pada alam.

Namun Hasrat ini masih dalam angan-angan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun