Mohon tunggu...
Atha Aurellia
Atha Aurellia Mohon Tunggu... Human Resources - Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Sebelas Maret

Saya merupakan mahasiswa aktif Universitas Sebelas Maret prodi Ilmu Komunikasi yang selalu berinisiasi untuk dapat berkembang dan bermanfaat bagi diri saya dan orang lain. Sebagai generasi muda atau agent of change kita harus melek terhadap informasi baik itu sosial, kesehatan, politik, dan lain lain yang berada pada dalam negeri maupun luar negeri agar nantinya tidak tenggelam oleh kemajuan zaman dan teknologi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Manakah yang Lebih Berbahaya: Rokok atau Vape?

3 November 2024   21:45 Diperbarui: 4 November 2024   05:23 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perilaku merokok dan vape dilihat dari berbagai sudut pandang sangat merugikan, bagi diri sendiri maupun orang di sekitarnya. Awal mula perkembangan rokok sebenarnya dimulai sejak tahun 600 SM yaitu ketika orang Amerika sudah memulai menanam tanaman tembakau, dan pada tahun ke-1 Masehi, orang Amerika telah mengkonsumsi rokok. Kebiasaan ini, terus berkembang seiring dengan tingkat mobilitas penduduk Amerika. Hingga saat ini perilaku merokok seperti menjadi bagian dari gaya hidup dan terus berlanjut, terutama pada negara berkembang. Sedangkan, menurut Consumer Advocates for Smoke Free Alternative, rokok elektrik (vape) sudah ada sejak tahun 1930. Beberapa tahun terakhir keberadaan rokok elektrik atau vape semakin menyita perhatian masyarakat. 

Di Indonesia, vape juga mengundang sorotan, ada yang pro dan kontra. Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mengusulkan larangan penggunaan vape. Begitu pun Kementerian Kesehatan yang telah melarang untuk mengonsumsi vape. Secara umum, perbedaan utama antara vape dengan rokok konvensional adalah tembakau. Rokok konvensional mengandung tembakau, sementara vape tidak. Namun, bukan berarti hal ini dijadikan acuan bahwa rokok konvensional lebih berbahaya bagi tubuh dan vape atau rokok elektrik lebih aman. Perlu diingat bahwa tembakau (bahan utama kandungan rokok/vape) bukanlah satu-satunya penyebab kanker dan penyakit serius lainnya. Ada banyak sekali kandungan di dalam vape maupun rokok yang berdampak negatif untuk kesehatan.

Di tinjau dari bahaya penggunaan rokok tembakau atau vape, keduanya sama-sama memiliki efek merusak kesehatan tubuh manusia. Mulai dari asap yang dihasilkan, rokok tembakau dan vape dapat menimbulkan efek jangka pendek bagi orang disekitarnya yakni batuk. Membahas tentang asap yang ditimbulkan, rokok tembakau menjadi salah 1 yang paling dibenci bagi setiap orang khususnya para penderita asma, apabila tidak sengaja menghirup aromanya. Asap menyengat dari rokok tembakau sangat mengganggu sistem pernafasan dan pencemaran udara. Hal tersebut semakin harinya akan terus meningkat jikalau tidak ada kesadaran untuk berhenti dari pemakai rokok itu sendiri. Vape juga tidak kalah bahayanya dengan rokok tembakau, tetapi kebanyakan orang beralih mengonsumsi vape karena dianggap dapat mengurangi risiko kesehatan salah satunya yaitu kanker. Vape merupakan rokok elektronik yang terbuat dari bahan kimia berupa cairan nikotin yang memberi sensasi adiktif atau kecanduan bagi para pengguna. Asap yang ditimbulkan pun tidak menyengat seperti halnya rokok sehingga dianggap lebih nyaman untuk dihirup karena memiliki varian rasa yang unik.

Rokok tembakau dan vape memiliki harga yang berbeda sesuai dengan jenisnya. Rokok tembakau memiliki harga yang terbilang lebih murah jika dihitung di pemakain awal. Dengan harga Rp. 25.000 sudah mendapatkan 1 bungkus rokok tembakau dengan isi 20 pcs. Bagi perokok aktif dapat menghabiskan 1 bungkus rokok tersebut dalam kurun waktu 1 hari dimana jika dijumlahkan dalam satuan bulan maka akan menghabiskan Rp. 750.000 untuk membeli rokok. Sedangkan untuk vape atau rokok elektrik memiliki harga yang terbilang mahal untuk pemakaian awal karena membutuhkan device dan liquid yang harganya dapat mencapai minimal Rp. 800.000. Di lihat dari harga masing-masing rokok, keduanya dapat memberikan efek yang sama yaitu ketergantungan. Bagi saya tidak ada kata yang lebih murah untuk jenis rokok manapun, karena kedua benda tersebut nantinya akan memberikan dampak buruk bagi kesehatan dan mengubah perspektif bahwa rokok akan terbilang mahal dan dihindar karena sudah merusak segalanya.

Merokok menjadi sesuatu yang wajar dan dianggap biasa oleh masyarakat, tingkat penyebaran rokok paling tinggi terdapat pada kalangan remaja saat ini. Rokok menjadi alat yang dianggap dapat melampiaskan segala masalah buruk yang dialami para Gen Z baik perempuan maupun laki-laki. Rokok menjadi trend dan gaya hidup baru bagi para Gen Z. Dalam hal ini, Gen Z menganggap seorang pengguna rokok terlihat gagah dan lebih dewasa. Remaja cenderung mengikuti kondisi lingkungan sekitarnya, apabila terdapat kelompok yang menggunakan benda tersebut maka yang melihat perbuatan tersebut akan tersugesti dan melakukan hal yang sama, sehingga dianggap fomo. Lingkungan keluarga menjadi sasaran utama dalam perbuatan ini, keluarga yang harmonis akan memproteksi anaknya agar terhindar dari perbuatan negatif, sedangkan bagi lingkungan keluarga yang kurang harmonis, anak akan mencoba mencari perhatian di lingkungan eksternal. Tahap penggunaan bahan adiktif ini berawal dari eksperimen atau coba-coba, dilanjutkan dengan lingkungan sosial yang selalu mempengaruhi, lalu penggunaan rutin, hingga penyalahgunaan. Penyalahgunaan rokok dan vape terdapat pada nikotin yang dapat menimbulkan efek depresi, iritasi paru-paru dan mata, hingga gangguan pernafasan. Maka dari itu, penggunaan rokok maupun vape sama bahayanya jikalau sudah ditahap penyalahgunaan. 

Jadi, rokok dan vape berkedudukan sejajar jika dilihat dari bahaya yang ditimbulkan. Bijaklah dalam memilih pergaulan, karena lingkungan menjadi faktor utama yang membawa kita ke masa depan. Bangunlah kelompok positif dan hindari tindakan negatif dengan membangun relasi yang baik dan melakukan kegiatan positif. Contohnya olahraga, melakukan aktivitas pengembangan minat dan bakat, mendekatkan diri kepada orang tua dan Tuhan Yang Maha Esa. Bagi perokok aktif dapat menghentikan tindakan tersebut dengan penggunaan obat obatan, melakukan kesibukan berupa aktivitas sosial guna menghindari dan melupakan kegiatan merokok yang sering dilakukan. Bagi para remaja yang belum pernah menggunakan bahan adiktif tersebut sebaiknya jangan ada niat untuk melakukan eksperimen atau mencobanya. Tidak ada kata coba-coba untuk tindakan buruk. 


Referensi

Komasari, Helmi. "FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA". Jurnal Psikologi, NO. 1(2000) : 37-47.

"Determinan Penggunaan Rokok Elektrik (Vape) pada Kalangan Remaja di Indonesia". Jurnal Kesehatan Komunitas, NO. 10(2)(2024) : 237-245.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun