Mohon tunggu...
Atep Afia Hidayat
Atep Afia Hidayat Mohon Tunggu... profesional -

Pemerhati sumberdaya manusia dan lingkungan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Srategi Memenangkan Kompetisi

22 Januari 2011   01:55 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:18 603
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1295661335465326587

Oleh : Atep Afia Hidayat -

Kompetisi sebenarnya terjadi sejak mahluk hidup mengalami proses penciptaan. Kompetisi pada manusia diawali pada saat proses pembentukannya di mana ratusan juta sel sperma memperebutkan satu sel telur, dan pada proses yang normal hanya satulah pemenangnya. Kemudian sel sperma dan sel telur melebur dalam rahim sampai terbentuklah janin yang hidup. Berikutnya dalam tempo kurang lebih satu bulan, lahirlah bayi manusia untuk segera memulai hidup baru. Saat itu terjadi perpindahan dari alam rahim yang nyaman ke alam dunia yang penuh kompetisi. Di dalam alam rahim semua kebutuhan hidup dipasok langsung dari sang ibu melalui plasenta, mulai dari air, makanan dan oksigen. Namun ketika memasuki alam dunia, pemasokan kebutuhan dasar hidup itu tidak secara langsung, tetapi mulai ada sedikit kemandirian, paling tidak harus mengunyah sendiri.

Dalam perkembangan berikutnya tingkat kemandirian itu semakin tinggi sejalan dengan menguatnya tingkat kompetisi. Memasuki usia sekolah, terjadilah kompetisi untuk mendapatkan bangku sekolah. Makin tinggi mutu sekolah tingkat kompetisi semakin ketat. Tiap jenjang sekolah sampai berujung pada perguruan tinggi, selalu terjadi kompetisi untuk memasukinya. Baik menyangkut kompetisi kemampuan akademik, kemampuan financial, kemampuan psikologis dan kemampuan lainnya. Setiap tahun ajaran baru puluhan juta anak-anak dan remaja selalu berebut bangku sekolah.

Setelah selesai sekolah pun dihadapkan pada kompetisi yang makin ketat, yaitu memperoleh pekerjaan atau membuka usaha baru. Kebanyakan lulusan perguruan tinggi kenyataannya tidak memperoleh pekerjaan yang sesuai dengan kompetensinya, tetapi di luar jalur pendidikan yang ditekuninya. Di sisi lainnya sebagian besar lainnya gagal dalam memperoleh pekerjaan. Adapun yang membuka usaha baru hanya sedikit saja yang benar-benar berkembang, kebanyakan mentok dan bangkrut. Ya, karena kalah dalam kompetisi.

Kompetisi terjadi di seluruh sektor kehidupan, di semua lapisan ekonomi. Untuk sekedar menjadi buruh lepas saja kompetisinya sangat ketat, tidak semua warga yang bermukim di perkebunan berhasil menjadi pekerja perkebunan. Begitu pula tidak semua warga yang bertempat tinggal di sekitar kawasan industri berhasil menjadi pekerja. Ada persyaratan tertentu yang harus dipenuhi, baik persyaratan legal-formal maupun persyaratan tertentu. Makin tinggi kelas pekerjaan kompetisinya makin ketat, dengan persyaratan kompetensi yang makin rumit.

Bagaimana cara untuk memenangkan kompetisi ? Ya, setiap kompetisi pasti ada pemenangnya. Dalam hal ini sang pemenang adalah mereka yang memenuhi bahkan melebihi semua persyaratan.

Cara pertama ialah memiliki kompetensi yang sesuai dan di atas rata-rata. Sebagai gambaran, jika sebuah lowongan kerja mensyaratkan indek prestasi kumulatif (IPK) 3,0, maka untuk memenangkan kompetisi minimal harus memiliki IPK 3,5. Semua persyaratan yang ditentukan sebisa mungkin harus “dipenuhi”, bahkan kalau perlu “dilebihi”.

Cara kedua ialah berkompetisilah sebanyak-banyaknya, artinya kalau mencari pekerjaan jangan hanya melamar di satu tempat, kalau perlu di puluhan tempat. Kalau kompeten tentu banyak kompetisi yang bias dimenangkan.

Lantas, bagaimana jika tidak atau kurang kompeten dibidang yang sedang dikompetisikan ? Untuk sekedar mencoba dan menimba pengalaman ya boleh-boleh saja. Namun ada baiknya berkompetisi di level yang benar-benar siap. Kalau IPK 2,5 sementara persyaratan minimal IPK 3,0, ya sudah tentu akan gugur dibabak seleksi administrasi.

Ya, kompetisi terjadi dibidang apapun, bahkan sebenarnya segenap umat manusia berkompetisiuntuk meraih kedudukan terbaik di sisi Allah SWT, Tuhan Pencipta Alam Semesta. Dengan sendirinya setiap saat harus membangun kompetensi diri supaya benar-benar diterima di sisiNya. Lengkapi semua persyaratan untuk diterima di sisi Allah SWT. Oleh sebab itu buka, pelajari dan terapkan semua panduan hidup yang ditetapkanNya. Ya, kompetisi terus berlanjut, sudahkan kita kompeten ? (Atep Afia).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun