Oleh : Atep Afia Hidayat - Pada dasarnya kehidupan adalah arena diplomasi, jadi setiap orangpun merupakan diplomat dalam stratifikasi dan lingkungannya masing-masing. Selain kata diplomasi, terdapat beberapa kata lainnya yang serumpun, yakni negosiasi dan lobby. Tulisan ini tidak bermaksud untuk membuat pembedaan kata-kata tersebut, tetapi hanya akan diungkapkan bagaimana kegunaan dan penggunaannya dalam arena kehidupan, dari mulai skala mikro seperti individu, hingga skala makro yaitu hubungan antar Negara. "Dunia anda sesungguhnya adalah sebuah daftar negosiasi yang sangat panjang, dan suka atau tidak, anda adalah seorang negosiator", begitu tulis Herb Cohen dalam bukunya You Can Negotiate Anything. Kenapa harus timbul proses diplomasi, negosiasi, dan lobby ? hal tersebut antara lain karena setiap orang memiliki kebutuhan-kebutuhan. Di sini senantiasa melibatkan orang lain, dan orang lain tersebut harus mengetahui, memahami dan menyetujui apa yang menjadi kebutuhan kita. Dari sinilah muncul proses yang paling mendasar, yakni adanya "komunikasi" dengan menggunakan bahasa (lisan, tulisan dan isyarat). Dalam kehidupan setiap orang selalu mempunyai hasrat dan keinginan, hanya beberapa persen saja yang terealisasilkan, dan sangat tergantung pada kemampuannya dalam bernegosiasi atau berdiplomasi. Kenapa disini negosiasi atau diplomasi menjadi faktor utama, bukannya faktor finansial atau yang lainnya. Sebab bagaimanapun manusia bukan sekedar mahluk ekonomi (Homo economicus), tetapi disamping itu merupakan mahluk sosial. Walaupun arena kehidupan merupakan arena tawar-menawar, tetapi di atas semuanya berlaku moral dan etika, dan harus diikutsertakan dalam tawar-menawar tersebut. Seorang pedagang bukan sekedar mencari keuntungan, begitu pula seorang pembeli bukan sekedar mencari barang atau jasa. Setiap individu merupakan seorang pedagang sekaligus seorang pembeli, karena pada prinsipnya kehidupannya adalah arena perniagaan. Setiap individu menjalani kehidupan dengan tujuan untuk mencari nilai tambah atau keuntungan. Telepas dari kelas sosial, umur, domisili, atau faktor lainnya. Setiap orang yang kita jumpai adalah mereka yang akan memberikan keuntungan pada kita, atau sebaliknya menarik keuntungan dari kita. Dalam konsep Islam terdapat apa yang dinamakan Hablumminannas, yakni suatu kewajiban untuk berbuat baik dan amal kepada sesama manusia. Berbuat amal adalah memberikan keuntungan atau kebaikan pada orang lain. Apakah kita juga mendapatkan keuntungan dari perbuatan amal tersebut ? Menurut konsep Islam, jawabannya "ya", beramal merupakan investasi yang akan menghasilkan keuntungan, terutama disisi Allah. Begitu pula menurut konsep agama lainnya. Dalam berniaga diperlukan kemampuan berdiplomasi dan bernegosiasi. Misalnya terdapat statemen seperti berikut, "jika tangan kanan memberi, tangan kiri jangan sampai mengetahui". Sebuah ungkapan yang begitu diplomatis, yakni semacam, anjuran bahwa beramal itu bukan untuk dipublikasikan. Lalu bagaimana jika publikasinya itu dengan tujuan "kampanye", supaya individu lain mengikuti jejaknya. Disini diperlukan kemampuan berdiplomasi yang lebih tinggi lagi. Bahkan pada dasarnya setiap individu diwajibkan untuk berdiplomasi, bernegosiasi dan me-lobby Tuhannya. Shalat dan do'a merupakan contoh cara untuk bernegosiasi dengan Tuhan. Apakah setiap do'a akan dikabulkannya, hal itu sangat tergantung pada kemampuan berdiplomasi, bernegosiasi dan melobby Nya. Kemampuan untuk itu bisa dipelajari, sebab terdapat tatacara yang jelas, yakni dengan segenap ajaran agama. Seperti dalam hubungan antar negara terdapat kode etik diplomasi, dalam lingkungan pergaulan manusiapun terdapat kode etik diplomasi, dalam bentuk etika, adat atau budaya. Seringkali terjadi kegagalan dalam interaksi antar manusia.  Hal ini dapat menimbulkan kurang mesranya pergaulan. Bahkan jika kedudukan sosial orang-orang tersebut cukup tinggi, misalnya antar Kepala Negara, maka akan menimbulkan bencana perang ! Perang pada mulanya disebabkan oleh perselisihan antar dua orang ! Ekspansi Militer Amerika Serikat ke Panama adalah akibat pertengkaran George Bush dengan Noriega. Begitu juga semasa Ronald Reagen berkuasa, angkatan udara AS pernah membom Libya, penyebabnya karena ulah sang Kolonel Khadafy. Belakangan Libya kembali kena gempuran Pasukan AS dan konco-konconya. Perang itu tak lain dari salah satu bentuk diplomasi, negosiasi dan lobby. Beberapa kepala negara seperti Barack Obama, masih menggunakan perang sebagai diplomasi, untuk memaksakan kehendaknya bagi negara lain. Kemampuan diplomasi dan negoisiasi harus ada setiap individu, masyarakat, organisasi kemasyarakatan, perusahaan, partai politik, bahkan pemerintah yang berkuasa. Akibat begitu rendahnya kemampuan diplomasi pemerintah kita, maka menimbulkan beragam masalah, seperti hilangnya wilayah sipadan dan ligitan di perairan Kalimantan Utara, sebagai akibat "pencaplokan" dan keunggulan diplomasi internasional Malaysia; Dikuasainya sumberdaya alam berupa pertambangan oleh perusahaan asing; Dan yang paling mutakhir yaitu banyaknya TKI terutama di Arab Saudi yang terkena  dan terancam hukuman mati, padahah tenaga kerja asal Philpina banyak yang terkena kasus serupa, namun bisa diselamatkan pemerintahnya. Ya, milikilah keunggulan dalan bernegosiasi ! (Atep Afia, pengelola PantonaNews.com ). Sumber Gambar: http://thenewdiplomacyd.blogspot.com/2011/01/diplomacy-in-theory-and-praxis.html
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H