Oleh : Atep Afia Hidayat - Saat ini tidak hanya eksekutif dan profesional muda saja yang gandrung dan terpesona dengan keberadaan BlackBerry (BB), ponsel cerdas dengan kemampuan push e-mail dan komunikasi via Internet tersebut juga telah banyak digunakan oleh pelajar, mahasiswa, bahkan ibu rumah tangga. Apalagi dengan tersedianya fasilitas BlackBerry Massenger (BBM), di antara komunitas mereka saling bertukar PIN dan komunkasi multimedia menjadi semakin intensif. Mulai dari saling mengirim teks, gambar sampai video.
Inovasi terus dikembangkan oleh Research in Motion (RIM), perusahaan yang membuat BB. Sudah 27 tahun RIM berkiprah dalam pengembangan teknologi informasi. Dimulai dengan mengembangkan rekayasa komunikasi data nirkabel untuk perusahaan telekomunikasi yang menjadi mitranya. Adalah Mike Lazaridis, seseorang mahasiswa University of Waterloo Kanada, pada tahun 1984 mulai merintis sistem display untuk jaringan kontrol komputer. Saat itu Lazaradis mendapatkan proyek dari General Motors (GM) senilai AS $ 500.000. Berkat kecerdasan dan “kegilaannya” yang luar biasa, kreativitas Lazaradis dengan RIM-nya sampailah pada penemuan BB.
Demam BB sedang melanda dunia, termasuk Indonesia. Tidak hanya menerpa masyarakat kota metropolitan, bahkan sampai ke kota-kota kecil dan pedesaan. Ternyata pasar telepon cerdas asal Kanada tersebut di Indonesia sangat besar, RIM mentargetkan penjualan tahun 2011 mencapai 4 juta unit, dengan harga rata-rata AS $ 300 per unit, atau saat ini sekitarRp 2,5 – 2,6 juta per unit.
Dengan peluang pasar yang sangat besar dan terus tumbuh, keinginan Indonesia untuk memiliki pabrik perakitan BB cukup masuk akal dan sempat mendapat sambutan hangat dari RIM. Bahkan muncul rumor kalau RIM buka pabrik di Indonesia, harga BB jenis tertentu bisa di bawah Rp1 juta. Berita menggembirakan tersebut pernah diungkapkan Group Head Brand Marketing Indosat, Teguh Prasetya, saat menghadiri pertemuan komunitas Blackberry se-dunia Wireless Enterprise Simposium (WES), di kota Orlando, Negara bagian Florida, Amerika Serikat, Mei 2009 lalu.
Ternyata awal September 2011 ini RIM membuat keputusan yang mencengangkan. Indonesia tidak jadi dipilih untuk lokasi pabrik perakitan BB, justru Malaysia yang terpilih. Padahal potensi pasar BB di negeri Upin dan Ipin tersebut hanya 400 ribu unit, atau sepersepuluh dari Indonesia. Selain itu, menurut laporan kinerja RIM saat ini52,3 juta unit BB telah beredar di seluruh dunia. Adapun jumlah BB yang beredar di Indonesia diperkirakan mencapai lebih dari 10 persen. Tentu saja keputusan RIM tersebut membuat para pejabat terkait seperti Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) dan Menteri Perindustrian Indonesia menjadi tidak nyaman.
Bagi RIM ternyata Malaysia lebih menarik untuk menanamkan modal, bahkan bagi beberapa perusahaan multinasional lainnya. Apa saja keunggulan Malaysia dibandingkan Indonesia ? Fakta menunjukkan Malaysia memiliki kualitas SDM dan infrastruktur yang lebih baik. Selain itu kebijakan pemerintah mengenai penanaman modal asing jauh lebih “memikat”. Untuk berinvestasi di Indonesia banyak perusahaan multinasional yang ketakutan dengan sistem birokrasinya yang terkenal sangat korup. Berita sepak terjang koruptor, mafia peradilan, mafia pajak dan mafia lainnya di Indonesia beredar luas ke seantero dunia. Hal ini menjadi catatan bagi pengusaha kelas dunia, termasuk Mike Lazaridis dan RIM-nya.Mungkin dalam benak Lazaridis muncul pendapat, “Investasi di Indonesia..? Capeee deeehhh”. (Atep Afia).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H