Mohon tunggu...
Atep Afia Hidayat
Atep Afia Hidayat Mohon Tunggu... profesional -

Pemerhati sumberdaya manusia dan lingkungan

Selanjutnya

Tutup

Nature

Nuklir dan Kehancuran Planet Bumi

30 Maret 2011   16:30 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:16 476
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13015028351593665712

Oleh : Atep Afia Hidayat - Tahun 1796 seorang pakar Astronomi berkebangsaan Prancis, Pierre Simon de Laplace, mengemukakan “Nebular hypothesis”. Menurutnya, matahari dan planet-planet berasal dari kabut pijar yang berpilin dalam jagat raya. Disebabkan berputar, sebagian dari massa kabut terlepas, membentuk gelang-gelang sekeliling bagian utama gumpalan kabut tersebut. Gelang lantas membentuk gumpalan, pada akhirnya membeku membentuk planet, salah satu di antaranya Planet Bumi. Hipotesa dari Laplace terus mengalami perkembangan, antara lain didukung oleh Immanuel Kant (Pakar filsafat berkebangsaan Jerman), Jeans dan Jeggrey (berkebangsaan Inggris), Moulton dan Chamberlain (berkebangsaan Amerika Serikat), Von Weizsaecker dan G.P Kuiper. Menurut teori modern dari Van Weizsaecker , disekitar matahari terdapat kabut gas yang membentuk gumpalan, secara evolusi berangsur-angsur menjadi gumpalan padat yang dinamakan proto planet. Bumi kita kemarin adalah Bumi yang sedang dalam proses pembentukan, hampir bersamaan dengan planet-planet lainnya. Bumi kita kemarin tak ubahnya seperti janin yang masih di dalam rahim sang ibu, masih dalam proses pematangan gumpalan. Tatkala berbagai proses itu berakhir, muncul sebuah planet dengan jari-jari 6.370 km dan berjarak sekitar 380.000 km dari Bulan. Bulan merupakan benda langit yang paling dekat dari bumi. Planet bumi berjarak sekitar 159 juta km dari Matahari. Bumi, Bulan dan Matahari merupakan “benda-benda” dalam sistem tata surya. Bumi merupakan planet, Bulan merupakan satelit (pengikut planet), sedangkan Matahari merupakan pusat tata surya. Benda-benda lainnya ialah komet (bintang berekor) dan meteor (tahi bintang). Planet-planet yang sudah diketahui keberadaannya hingga abad ke XX ini ialah Merkurius, Venus, Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus, dan Pluto serta ribuan planet kecil yang dinamakan Asteroid. Tidak tertutup kemungkinan, pada masa yang akan datang ditemukan planet-planet baru. Telah diketahui bahwa beberapa Asteroid yang kecil mempunyai susunan materi seperti Bumi, umpamanya Geografos, Toros, Eros dan Icarus. Mengkaji dan menelaah bagaimana tentang Bumi kita kemarin amat penting, terutama sebagai langkah antisipasi untuk menghadapi bagaimana Bumi kita kini dan esok. Umpamanya, Bumi kita kini adalah planet yang makin berwarna “kelabu”, planet yang situasi dan kondisinya makin panas, juga merupakan planet yang tengah menuju kehancurannya. Manusia memang sedang membuat kerusakan di “rumahnya” sendiri. Manusia yang dipercaya sebagai khalifah atau pengelola Bumi itu justru sudah mempersiapkan “senjata pemusnah”, antara lain senjata nuklir. Jika seluruh senjata nuklir yang ada di planet Bumi diaktifkan, mungkin saja “Nebular hypothesis” digelar kembali. Dengan kata lain, planet Bumi yang kini sudah dalam keadaan membeku akan meleleh menjadi kabut pijar yang berpilin kembali. Planet bumi kita kemarin digambarkan oleh “Nebular hypothesis”, tak mustahil jika kondisi planet Bumi hari esok akan dilukiskan kembali oleh hipotesis tersebut. Di bumi manusia memang sedang membuat kerusakan. Namun sebagian manusia ternyata ada yang berpikir jauh ke depan dan mengantisipasi sendini mungkin, yakni mencari kemungkinan planet lain untuk ditinggali. Obsesinya, bisakah manusia mendiami Venus, Mars, atau Jupiter atau salah satu Asteroid. Kini sedang dipikirkan untuk merekayasa planet-planet tersebut agar bisa dijadikan tempat tinggal yang ideal. Bumi memang semakin panas, jika situasi dan kondisi sudah memungkinkan, umpamanya ketika teknologi sudah menjangkaunya maka kelak akan terjadi eksodus manusia ke planet lain. Bumi kita memang makin kelabu, makin tidak nyaman untuk di tinggali. Mau tidak mau manusia pun harus berpikir ekstra keras agar bisa “ngungsi”, misalnya ke Bulan. Setidaknya kondisi Bulan yang merupakan satelit Bumi itu belum tercemar dan masih bebas nuklir. Sedangkan di Bumi, perlombaan senjata nuklir semakin menggila. Meskipun “perang dingin” blok barat dan blok timur telah usai, namun Negara-negara yang memiliki instalasi nuklir terus bertambah. Masih untung jika sang Kepala Negara pemilik nuklir tergolong bijak dan berkepala dingin,lantas jika sebaliknya, apalagi jika bergaya “Cow Boy”, apa yang bakal terjadi ? Planet Bumi memang masih relatif dalam suasana damai, namun moncong-moncong senjata nuklir siap diledakan kapan saja, tinggal menekan tombol. Berbagai perjanjian penghapusan senjata nuklir sering dilaksanakan, tapi hasilnya belum memuaskan. Senjata nuklir terus dimodifikasi, daya ledaknya semakin dipercanggih. Bahkan nuklir pun sudah menjadi sumber energi baru, namun belum ada jaminan keamanan yang memadai. Bahkan, Negara secanggih Jepang sekalipun belum sanggup mengatasi dampak kebocoran instalasi pembangkit listrik tenaga nuklirnya.  Secara keseluruhan Planet Bumi memang sedang menuju kehancuran, ledakan nuklir secara serempak, bisa saja mengurai Bumi kembali menjadi kabut pijar, mencair dan meleleh.(Atep Afia) Sumber Gambar: http://gamesnet.vo.llnwd.net/o1/gamestar/objects/156498_main.jpg

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun