Mohon tunggu...
Atep Afia Hidayat
Atep Afia Hidayat Mohon Tunggu... profesional -

Pemerhati sumberdaya manusia dan lingkungan

Selanjutnya

Tutup

Nature

Nasib Sungai di Jawa Barat

9 Mei 2011   08:01 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:55 812
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Oleh : Atep Afia Hidayat -

Keadaan tanah di Jawa Barat begitu subur, hal itu tak terlepas dari keberadaan 40 sungai yang mengairinya. Secara keseluruhan wilayah Jawa Barat di bagi 40 Daerah Aliran Sungai (DAS).

DAS Citarum merupakan yang paling luas dan paling panjang. Luas DAS Citarum mencapai 7.187 kilometer persegi, panjangnya mencapai 269 kilometer persegi untuk sungai utama, dan kalau dihitung dengan anak-anak sungai mencapai 14.346 kilometer persegi. Hulu Sungai Citarum ialah di mata air Gunung Wayang. Secara kesluruhan DAS Citarum meliputi 9 Kabupaten dan Kota, yaitu Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kota Bandung, Kota Cimahi, Sumedang, Cianjur, Purwakarta, Bogor dan Karawang. Sungai Citarum bermuara di di Kabupaten Bekasi, tepatnya di Muara Gembong, terletak sekitar 64 kilometer dari pusat kota Bekasi. Ada juga yang menyebutkan di Tanjung Karawang, Kabupaten Karawang,

DAS lain yang termasuk luas ialah DAS Cisadane-Cimandiri, DAS Citanduy dan DAS Cimanuk. Persoalan semua DAS di Jawa Barat, hampir serupa, yaitu lahan kritis cukup luas (lebih dari 1.250 kilometer persegi), langganan Banjir di musim hujan, kekeringan di musim kemarau, sedimentasi waduk, penegakan hukum belum tegas, partisipasi masyarakat masih kurang, koordinasi masih lemah dan berpotensi konflik apabila stakeholder tidak bersatu (indonesiapower.co.id).

Untuk mengendalikan tingkat kerusakan sungai, berbagai upaya telah dilakukan, antara lain melalui Program Kali Bersih (Prokasih), yang mulai diterapkan pada bulan Juni 1989. Prokasih diterapkan di 25 sungai yang meliputi 11 propinsi, yaitu Daerah Istimewa Aceh, Sumatera Utara, Riau, Sumatera Selatan, Lampung, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Jawa Timur, Jawa Tengah, DKI Jaya dan Jawa Barat.

Di Jawa Barat sendiri Prokasih antara lain diterapkan di DAS Citarum, Cimanuk, Cisadane, Ciliwung Hulu, dan Cileungsi Kali Bekasi.

Sungai Citarum mempunyai kedudukan penting karena merupakan penyuplai air di Waduk Saguling, Cirata dan Jatiluhur, yang menjadi pusat penghasil listrik (PLTA) untuk kebutuhan Jawa Barat dan DKI Jakarta. Citarum merupakan sumber air irigasi untuk area pertanian terutama pesawahan seluas 300 ribu hektar. Citarum juga merupakan sumber air minum untuk masyarakat Kabupaten Bandung, Bandung Barat, Kota Bandung, Kota Cimahi, Cianjur, Purwakarta, Bekasi, Karawang, Jakarta. Di sepanjang DAS Citarum banyak berdiri industri kecil, menengah dan besar yang berpotensi menimbulkan pencemaran sekitar DAS. Sementara di bagian hulu, terjadi kerawanan akibat penjarahan lahan dan alih fungsi menjadi area pertanian, terutama dijadikan sentra penanaman sayuran.

Sungai Cimanuk antara lain melintasi wilayah Kabupaten Indramayu, Majalengka, Sumedang dan Garut. Kerusakan lingkungan sungai ini tidak separah Citarum, mengingat tak begitu banyak industri di daerah aliran sungainya.

DAS Cisadane meliputi wilayah Kab Bogor dan Kota Bogor dan bermuara di Kabupaten Tangerang (Provinsi Banten). Tekanan terhadap sungai ini juga berasal dari industri di sekitar daerah tersebut. Wilayah Kabupaten Bogor bagian utara yang menjadi salah satu pusat industri, juga memberikan kontribusi terhadap penurunan kualitas ekosistem sungai Cisadane.

DAS Ciliwung Hulu meliputi wilayah Kota Depok serta Kabupaten dan Kota Bogor. Sedangkan, DAS Ciliwung Hilir termasuk wilayah Provinsi DKI Jakarta. Di sekitar DAS Ciliwung Hulu juga banyak didirikan industri, maka tak heran jika tingkat pencemaran di sungai ini sudah cukup berat. Sebagaimana terjadi di sungai lainnya, penduduk di sekitarnya juga amat berperan terhadap degradasi kualitas ekosistem sungai. Penyerobotan lahan di sekita DAS, paling tidak menyebabkan erosi, yang lebih jauh lagi menimbulkan pelumpuran dan pendangkalan sungai. Hal yang tak kalah pentingnya untuk segera ditanggulangi melalui Prokasih ialah sampah penduduk.

Sungai kelima yang menjadi obyek Prokash di Jawa Barat ialah sungai Cileungsi atau kali Bekasi. Sungai ini pun mendapat suplai limbah terutama berasal dari kawasan Kota dan Kabupaten Bekasi. Bagaimanapun cakupan obyek Prokasih Jawa Barat termasuk paling kompleks permasalahannya, mengingat tingkat pencemaran yang sudah berat, bahkan sebagian di atas ambang batas yang di tetapkan.

Kondisi beberapa sungai di Jawa Barat memang termasuk paling kritis dibanding sungai di provinsi lain. Prokasih di Jawa Barat memang dihadapkan pada beberapa kendala hingga hasilnya belum begitu memuaskan. Beberapa kendala tersebut antara lain, kesadaran pengusaha terhadap aspek lingkungan masih relatifrendah. Bagaimanapun, setiap pengusaha mesti memiliki tingkat kesadaran lingkungan yang baik. Idealnya disamping memikirkan ekonomi atau bisnis, pengusaha pun memperhatikan tanggung jawab sosialnya, yang antar lain meliputi kepedulian terhadap lingkungan, termasuk kelestarian ekosistem sungai.

Kendala berikutnya, yakni pengawasan aparat yang berwenang masih kurang intensif. Hal tersebut cukup beralasan, mengingat luas cakupan Prokasih yang meliputi beberapa DAS yang tersebar di beberapa Kabupaten dan Kota, sedangkan tenaga pengawas` yang terampil masih sangat terbatas. Dalam hal ini selayaknya pelaksanaan Prokasih mendapat dukungan secara luas, baik dari LSM, pers, perguruan tinggi, dan masyarakat yang bermukim di sekitar DAS.

Sebenarnya Prokasih bukan hanya menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah atau Kementerian LH saja, l saja namun juga menjadi tanggung jawab semua pihak, apalagi bagi industriawan atau pengusaha yang “merasa” turut mencemari sungai, sewajarnya harus berpartisipasi aktif dalam Prokasih. Jika tidak maka pengusaha yang demikian layak dimeja-hijaukan, antara lain karena melanggar PP No. 29 Tahun 1990 Tentang Pengendalian Pencemaran Air, juga berbagai UU dan PP mengenai lingkungan hidup lainnya.

Beberpa kendala lainnya ialah meliputi aspek teknis, seperti belum adanya standar metoda dan tata cara pengambilan contoh, belum adanya laboratorium analisa rujukan, rendahnya kemampuan pemilihan serta perancangan instalasi pengolah air limbah (IPAL). Berbagai kendala yang bersifat teknis perlu segera diatasi. Mengingat laju degradasi kualitas sungai yang makin pesat.

Bagaimanapun ekosistem sungai yang ada di Jawa Barat perlu diselamatkan. Jika tidak, maka berbagai bencana akan menimpa, selain berdampak buruk terhadap kualitas kesejahteraan dan kesehatan penduduk, lebih jauh lagi bisa menghambat laju pertumbuhan ekonomi.

Selain memiliki fungsi ekologi dan estetika yang tinggi, sungai pun memiliki fungsi ekonomi. Keberhasilan Prokasih dan program perbaikan kualitas DAS lainnya seperti Gerakan Nasional Rehabilitasi Lahan (GERHAN), paling tidak bisa menyelamatkan kepentingan sosial dan ekonomi puluhan juta penduduk. Selamatkan sungai di Jawa Barat ! (Atep Afia).

Sumber Gambar:

http://www.bplhdjabar.go.id/index.php/kondisi-umum-daerah-jabar

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun