Mohon tunggu...
Atep Afia Hidayat
Atep Afia Hidayat Mohon Tunggu... profesional -

Pemerhati sumberdaya manusia dan lingkungan

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Mewaspadai Invasi Virus Demam Berdarah Dengue Di DKI Jakarta

14 Januari 2011   03:09 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:37 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh : Atep Afia Hidayat -

Anomali cuaca yang tidak menentu seperti saat ini, menimbulkan kondisi lingkungan yang rentan terhadap mewabahnya kasus Demam Berdarah Dengue (DBD). Meskipun kasus DBD di Provinsi DKI Jakarta selama 2010 turun dibandingkan tahun sebelumnya, yaitudengan angka kesakitan turun dari 214 menjadi 144 per seratus ribu penduduk, namun kewaspadaan tetap saja harus ditingkatkan.

Tahun 2011 ini DBD masih tetap mengancamwilayah Provinsi DKI Jakarta. Menurut GubernurFauzi Bowo (dalam detikNews 9 Februari 2010),upaya pengendalian DBD di masyarakat difokuskan pada pencegahan penularan kasus DBD di antaranya melalui Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), Pengendalian Vektor Penular melalui pemasangan Lavitrap dan Penyelidikan Epidemologi (PE). Sedangkan upaya pengendalian DBD pada tingkat klinis dilaksanakan pada tingkat Puskesmas dan rumah sakit yang difokuskan pada deteksi dini dan pencegahan kematian akibat demam berdarah dengan diagnosa demam dengue.

Invasi penyakit DBD selalu terjadi pada Januari dan Februari sebagaimana tahun-tahun sebelumnya. Penyakit DBD disebarkan oleh nyamuk jenis Aedes aegyptiyang populasinya meningkat pesat pada saat musim hujan.

Simbiosis Virus dan Nyamuk

Nyamuk Aedes aegyptiberukuran relatif kecil, berwarna hitam, pada kaki dan badannya bergaris-garis putih, yang menggigit manusia hanya yang betina. Sampai saat ini para ahli belum dapat mengidentifikasikan, apakah virus termasuk hewan atau tumbuhan. Yang jelasvirus merupakan mahluk hidup yang tergantung pada organisme hidup lain (parasit), tubuhnya hanya terdiri dari nucleo protein.

Virus dengue memperbanyak diri dalam tubuh nyamukAedes aegypti dan tersebarke seluruh jaringan tubuh nyamuk, termasuk kelenjar air liurnya. Bila nyamuk tersebut menggigit orang sehat, maka nyamuk akan mengeluarkan air liurnya supaya darah tidak membeku. Pada saat yang bersamaan, melalui air liur ikut ditularkan virus ke dalam pembuluh kapiler orang sehat tersebut.

Nyamuk Aedes aegyptimelakukan aktivitasnya pada siang hari, bisa di dalam atau di luar rumah, terutama di tempat yang agak gelap. Pada malam hari nyamuk tersebut berada di dalam rumah, bertengger pada benda-benda yang digantung seperti pakaian, terutama di tempat gelap. Nyamuk Aedes aegypti biasanya menggigit berulang kali, dengan sasaran beberapa orang sekaligus dalam waktu singkat.

Perang Virus Vs Antibodi

DBD tergolong penyakit infeksi, yaitu penyakit yang disebabkan oleh masuknya mikroorganisme (patogen) seperti virus, bakteri atau jamur ke dalam tubuh manusia. Mikroorganismetersebut akan berkembang-biak dan menimbulkan gangguan seperti menggerogoti dan memakan sel tubuh manusia, bisa juga menyerap bahan makanan yang seharusnya dimanfaatkan tubuh manusia ( di dalam system pencernaan).

Bila antibody di dalam tubuh manusia tidak bekerja efektif (kalah “perang “ oleh virus), maka akan timbul gejala-gejala tertentu yang spesifik sesuai dengan jenis virus atau patogennya. Saat mikroorganisme patogen (antigen) seperti virus masuk ke dalam pembuluh darah, maka cairan dasar darah (plasma) segera membentuk antibody.

Dalam tubuh manusia, antibody meliputi antytoksin (penggumpal benda asing), praecipitin (pengendap benda asing) dan opsonin (mengaktifkan leukosit). Leukosit merupakan salah satu jenis sel darah. Dalam setiap mm3 darah terdapat 6.000-9.000 leukosit, jumlahnya terus bertambah kalau terjadi infeksi. Bila fungsi eritrosit untuk mengikat oksigen, trombosit untuk membekukan darah ketika luka, maka fungsi leukosit ialah untuk membersihkan darah dari benda asing. Dengan demikian leukosit berada di garis terdepan untuk menghalau “invasi” virus penyebab DBD.

Mengenali Gejala DBD

Gejalapenyakit DBD tidak khas dan sulit dideteksi sejak dini. Gejala awal biasanya mirip dengan gejala flu, sehingga sering diduga flu, seperti mendadak demam tinggi (panas tinggi) selama 2-7 hari, disertai sakit kepala, mual, muntah, sakit perut, batuk, kerongkongan sakit dan sesak nafas.

Gejala lainnya ingusan, mata merah, sakit pada daerah sekitar mata, sakit pada tulang belakang, sakit di seluruh persendian dan otot, mimisan, gusi berdarah, bintik-bintik merah di kulit atau pendarahan spontan di kulit (bintik-bintik tersebut kalau ditekan tidak mau hilang, dengan  uji tourniquet, yaitu denganmengikat tali elastik pada lengan penderita selama lima menit, bintik-bintik akan tampak lebih jelas).

Gejala beikutnya sering mengeluh sakit ulu hati disertai gelisah (depresi) dan banyak keluar keringat tapi kulit terasa dingin. Pada tahap yang lebih parah, selain terjadi bercak-bercak pendarahan berupa memar, pendarahan dari hidung, gusi, muntah darah, juga terjadi pengeluaran darah dari dubur (tinja lembek dan kehitaman). Dalam beberapa hari kondisi menjadi lebih parah dan sering menimbulkan kematian.

Sampai saat ini belum ditemukan “senjata pemusnah” virus dengue, dengan demikianmasih mengandalkan “pertahanan konvensional” berupa antibody. Belum ditemukannya obat atau antibiotik untuk menghalau virus dengue, tentu sajamenuntut kondisi antibody dalam kulitas dan kuantitas yang memadai.Untuk itulah dilakukan transfusi darah sesuai kebutuhan dan kondisi penderita, bisa plasmanya saja, eritrosit atau suspensi trombosit saja. Pengobatan yang dikembangkan antara lain untuk mengatasi kebocoran dinding pembuluh darah dan mencegah pembekuan darah intravaskular.

Virus dengue dalam tubuh manusiahanya “numpang-lewat”, pada hari kelima penderita mengalami demam, virus tersebut segera menghilang. Namun yang perlu diwaspadai selama periode tersebut penderita menjadi sumber penularan yang efektif. Darah penderita DBD positif mengandung virus dengue. Jika orang tersebut kembali digigit nyamuk Aedes aegypti, maka virus akan terhisap ke dalam tubuh nyamuk. Jika nyamuk menggigit orang sehat, maka DBD pun akan menular.

Gangguan yang ditumbulkan virus dengue antara lainterjadinya percampuran atibodidengan berbagai senyawa dalam darah, kemudian terbentuk anaphylatoxin, yaitu semacam protein yang merusak dinding pembuluh darah. Hal tersebut dibuktikan dengan dengan adanya kasus perdarahan bagian tubuh tertentu dari penderita. Oleh sebab itu di rumah sakit perludilakukan pemeriksaan berkala terhadap kadar hemoglobin (Hb), jumlah sel darah merah (hematokrit), jumlah trombosit, nadi, tekanan darah,perdarahan yang mungkin terjadi dan kondisi umum penderita.

Upaya Pencegahan

Dalam kasuswabah penyakit DBD, yang perlu diperhatikan secara cermat ialah perkembang-biakan nyamuk Aedes aegypti. Strategi umum yang harus ditempuh ialah memberantas jentik-jentik nyamuk tersebut melalui: (1) membersihkan dan mengganti air bakmandi, jambangan bunga, paling sedikit seminggu sekali; (2) membersihkan talang-talang air paling sedikit sebulan sekali; (3) membalikkan ember plastik atau tempat air bila tidak digunakan; (4) musnahkan tempat-tempat terjadinya genangan air, terutama ketika musim hujan tiba; (5) memelihara ikan dalam bak mandi (ikan tersebut biasa memakan jentik nyamuk); (6) menaburkan obat pembunuh jentik nyamuk.

1294976597306535260
1294976597306535260

Pencegahan DBD secara kolektif ialah melalui penyemprotan (foging), dengan menggunakan insektisida berbahan aktif Malathion.Penyemprotandi lingkungan tempat tinggal (RT-RW) perlu memperhatikan aspek teknis medis dan aspek non teknis medis. Aspek teknis medis berdasarkan laporan rumah sakit setempat yang dilandasi diagnosis yang pasti, setelah diperoleh konfirmasi klinis dan laboratorium. Aspek teknis non medisberdasarkan laporan masyarakat, setelah petugas kesehatan melakukan pengamatan lapangan.

Untuk mecegah“invasi”virus dengue, selain menuntut “ketahanan individu” berupa daya tahan tubuh yang prima, juga menuntut “ketahanan kolektif” berupa masyarakat yang memiliki kesadaran akan pentingnya kebersihan lingkungan. Bagaimanapun, lebih baik mencegah daripada mengobati. Dengan demikian untuk membebaskan Jakarta dari invasi DBD perlu ada kerjasama yang serasi dan berkesinambungan antara masyarakat dengan pemerintah, terutama Dinas Kesehatan DKI Jakarta. (Atep Afia).

Universitas Mercu Buana Jakarta

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun