Mohon tunggu...
Atep Afia Hidayat
Atep Afia Hidayat Mohon Tunggu... profesional -

Pemerhati sumberdaya manusia dan lingkungan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Madu, “Racun” Bagi Penyakit

11 Juni 2011   22:33 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:36 1206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

[caption id="attachment_116002" align="aligncenter" width="640" caption="Sumber Gambar: http://qhow.net/blog/wp-content/uploads/2011/05/honey-health.jpg "][/caption]

Penyakit dapat menyerang berbagai organ tubuh manusia. Sebagian penyakit ditimbulkan oleh pertumbuhan dan perkembangan bakteri “jahat” atau mikroorganisme pathogen lainnya. Ternyata madu cukup efektif dalam mengendalikan penyebab penyakit tersebut. Lantas. Apa saja zat atau senyawa yang terkandung dalam madu, dan bagaimana cara kerja madu sebagai “racun” bagi penyakit?

Tubuh manusia hampir serupa dengan hutan atau kebun, yaitu dihuni oleh tumbuhan. Bedanya, tumbuhan yang hidup dalam tubuh manusia sebagian besar hanya memiliki satu sel, dikenal dengan bakteri. Bakteri menyebar pada seluruh sistem tubuh manusia, mulai dari sistem nutrisi, transportasi, respirasi, ekskresi dan reproduksi. Dalam sistem nutrisi atau pencernaan, bakteri menyebar mulai dari rongga mulut, pharinks, lambung, hati, pancreas, usus halus, usus besar sampai anus.

Bakteri yang hidup pada tubuh manusia dikelompokkan menjadi bakteri “baik” dan bakteri “jahat” atau pathogen. Populasi bakteri “baik” dan bakteri “jahat” di dalam usus berinteraksi dan membentuk keseimbangan yang disebut “flora usus”. Padaa saat populasi bakteri “baik” lebih dominan, maka usus dalam keadaan sehat. Sebaliknya, kalau bakteri “jahat” lebih dominan maka usus dihinggapi penyakit, fungsinya sebagai “pabrik” berbagai enzim pencernaan akan terganggu.

Beberapa contoh bakteri “jahat”, Clostidium tetani menyebabkan tetanus Salmonella tiphi menyebabkan tipus, Micobacterium tubercolusis menyebabkan TBC, Bacillus antracis menyebabkan peradangan limpa dan hati (antraks), Vibrio comma menyebabkan kolera, Shigella dysentrie menyebabkan disentri, Pasteurela pestis menyebabkan pes, dan Micobacterium kaprae menyebabkan lepra. Sedangkan contoh bakteri baik, antara lain Bacterium coli yang hidup dalam usus besar membantu proses pecernaan, Bifidobakteria dan Lactobacillus.

Keseimbangan flora usus perlu dijaga, sejak tahun 1970-an telah dikembangkan konsep probiotik, yaitu upaya untuk meningkatkan populasi bakteri “baik” sehingga lebih dominan. Caranya antara lain dengan mengkonsumsi bahan pangan seperti susu (yoghurt) yang telah dilengkapi bakteri “baik”.

Selain terdapat dalam sistem pencernaan, bakteri pun menyebar ke sistem tubuh lainnya dan menimbulkan berbagai penyakit. Pada mulanya bakteri “jahat” memasuki tubuh manusia dan menimbulkan reaksi tubuh secara lokal yang disebut radang (inflamasi), kemudian dapat menyebar (infeksi). Namun infeksi tidak selalu diawali dengan radang, misalnya pada malaria yang disebabkan oleh Plasmodium sp. Beberapa jenis perdangan yang cukup dikenal, antara lain radang amandel, radang ginjal, radang prostat, radang lambung, radang mata, radang pembungkus jantung, radang rahim, radang salurna kemih, radang telinga, radang zakar, radang saluran nafas, radang sendi, dan sebagainya.

Untuk menekan daya tumbuh bakteri “jahat”, dapat digunakan antibiotik. Namun menurut dr Aris Wibudi, SpPD dari bagian Penyakit Dalam RSPAD Gatot Subroto, penggunaan antibiotic yang sangat luas akhir-akhir ini merupakan salah satu penyebab ikut terbunuhnya bakteri “baik” di saluran pencernaan. Penggunaan antibiotic harus benar-benar sesuai indikasi, jangan sakit sedikit, langsung dikasih antibiotic (Republik, 24 Juni 2001). Sebenarnya untuk mengendalikan bakteri “jahat” dengan tanpa mengganggu keberadaan bakteri “baik” dapat digunakan senyawa prebiotik, yang antara lain terdapat dalam madu.

Paling tidak ada empat faktor yang menyebabkan madu bersifat prebiotik atau antibakteri “jahat”.

Pertama, kadar gula madu yang tinggi (terdiri dari glukosa 34,0% fruktosa 40, 54% dan sukrosa 1,9%) mampu menghambat pertumbuhan dan perkembangan bakteri. Dalam kondisi yang demikian, bagian sel yang hidup (protoplasma) akan terlepas dari dinding sel, sehingga tidak mampu lagi beraktifitas.

Kedua, madu bersifat masam (mengandung asam formiat, asam malat, asam asetat, asam sitrat, asam suksinat, denga pH sekitar 3-4), dalam kondisi ini bakteri “jahat” tidak dapat bertahan.

Ketiga, madu mengandung senyawa organik yang bersifat antibakteri “jahat”, antara lain inhibine dari kelompok flavonoid, glikosida dan polyphenol. Sedangkan senyawa antibakteri “jahat” yang telah teridentifikasi dari susu ratu atau royal jelly (bahan cair seperti susu yang dihasilkan oleh kelenjar hypopharyngeal lebah pekerja muda) ialah 10 hidroxidecen-2 oic acid. (Lebah madu biasanya berkelompok, terdiri dari seekor ratu yang bertugas memimpin koloni dan bertelur menghasilkan anggota-anggota baru dari koloninya, dibantu oleh ratusan pejantan yang bertugas khusus “mengawini” sang ratu. Selain itu ada lebah pekerja, terdiri dari lebah betina yang mandul, yang bertugas mencari makanan, membuat dan mengatur sarang).

Keempat, madu mengandung senyawa radikal hydrogen peroksida (H2O2) yang bersifat dapat membunuh bakteri “jahat” dan mikroorganisme pathogen lainnya. Caranya, senyawa bersifat racun tersebut secara reaktif merusak gugus fungsi biomolekul pada sel bakteri “jahat”. Namun karena madu mengandung enjim katalase, setelah meracuni bakteri “jahat”, dengan segera merombak hidrogen peroksida menjadi air dan oksigen.

Selain sebagai “racun” atau penawar penyakit, madu juga memiliki kandungan gizi yang tinggi. Setiap 100 gram madu mengandung 280-330 kalori; lebih dari 76 5 gula (fruktosa, glukos dan sukrosa); mineral terdiri dari 5 mg kalsium, 15-17 mg posfor, 04-1,0 mg zat besi, mangan, kalium, belerang, alumunium, dan silikat, Vitamin meliputi 1-6 mg vitamin C, vit B1, B2, B6, asam panthotenat, asam nikotinat, Enzim-enzim invertase, katalase, inulase, peroksidase, Asam organik, termasuk berbagai asam amino esensial, zat warna karoten, Zat aromatis seperti terpen, aldehida, ester, manitol, dulcitol, dan sebagainya. Selain itu juga mengandung biogenetik stimulant, yaitu zat yang dapat merangsang aktivitas pertumbuhan sel tubuh manusia.

Tak heran jika khasiat madu tercatat dalam sekarah panjang peradaban umat manusia. Dalam peradaban Mesir kuno terungkap, selain digunakan untuk obat, madu dipakai sebagai bahan pengawet. Mumi-mumi bias bertahan ribuan tahun karena diawetkan dengan madu dan ramuan lainnya. Penggunaan madu juga tercatat dalam peradaban Romawi, India, Arab, Cina, dan bangsa-bangsa lainnya. Bapak ilmu kedokteran, Ibnu Sina (890 – 1037) dalam usia manula kono masih segar, bugar dan berpenampilan seperti anak muda. Rahasianya ternyata hampir setiap makanannya selalu dicampur madu. Begitu pula dengan tokoh-tokoh dunia lainnya seperti Julius Caesar, Pythagoras, Democritus, Hipocrates, Aristoteles, dan sebagainya.

Untuk menyembuhkan penyakit TBC paru-paru, Ibnu Sina membuat “resep”, mencampurkan beberapa puluh gram madu dengan mahkota bunga mawar, kemudian dimakan. Belakangan diketahui, madu bersifat “racun” atau penawar bakteri penyebab TBC. Madu juga merupakan penawar bagi infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) seperti influenza (penyebabnya virus influenza tipe A, B dan C), yang merupakan penyakit paling banyak diderita oleh calon jemaah haji Indonesia. Tak heran jika madu disarankan menjadi salah satu bekal kesehatan calon jemaah haji.

Untuk tujuan pengobatan atau menjaga stamina tubuh supaya tahap terhadap gempuran berbagai penyakit, bagi orang dewasa dianjurkan mengkonsumsi madu 100-200 gram per hari, dan anak-anak 30-75 gram per hari, dapat diminum secara langsung, dicampuri air, roti, telur atau bahan makanan lainnya. (Atep Afia).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun