Mohon tunggu...
Atep Afia Hidayat
Atep Afia Hidayat Mohon Tunggu... profesional -

Pemerhati sumberdaya manusia dan lingkungan

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Koruptor ke Laut Aje ......

10 Desember 2010   02:37 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:51 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh : Atep Afia Hidayat -

Seandainya negeri tercinta ini bebas korupsi, maka jumlah orang "melarat" dan "sekarat" akan makin berkurang. Potret desa yang miskin secara perlahan akan hilang, begitu pula sisi kota yang berpenghuni kaum papa akan sirna. Ternyata erat kaitannya antara korupsi yang dilakukan segelintir oknum pejabat negara dengan makin bertambahnya rakyat miskin.

Korupsi sudah menjadi wabah yang sifatnya endemis, kronis dan sistemis. Bagaikan virus yang menggerogoti sel-sel organ tubuh, mencabik-cabik, merontokan, mengacaukan metabolisme sel sampai mematikan sel itu sendiri. Korupsi adalah virus dan kanker yang mematikan. Penyembuhannya teramat sulit, terutama karena dalam tubuh "institusi penyembuh" sudah dirasuki virus ganas korupsi.

Dari sekian banyak kantor pemerintah yang ada di pusat dan daerah, masih adakah yang bebas dari virus korupsi ? Birokrasi kita sudah begitu familiar dengan korupsi, sehingga penjara pun banyak dihuni pejabat. Begitu ironi, memprihatinkan, mengkhawatirkan, memilukan dan memuakkan. Muak, ya itulah kata yang tepat untuk menggambarkan bagimana menjijikannya perilaku kuruptor di negara dengan jumlah penduduk terbesar ke empat di dunia ini.  Kebencian masyarakat begitu mendalam terhadap sepak terjang koruptor, hal itu tercermin dari beragam kegiatan pada Hari Anti Korupsi, 9 Desember 2010 kemarin.

Koruptor menyebabkan upaya pembangunan dan perbaikan ekonomi di Indonesia terhambat. Mulai dari sektor vital seperti kesehatan, pendidikan, pekerjaan umum, keuangan dan sebagainya tak ada yang lepas dari penggerogotan si koruptor, dengan virus yang kian ganas. Koruptor juga seperti drakula, yang menyedot habis darah mangsanya. Padahal darah itu berguna untuk kelanjutan hidup. Dengan demikian, jika upaya pemberantasan korupsi hanya "abal-abalan", maka siap-siaplah negara ini kehabisan "darah". Dengan kata lain, negara akan bangkrut, rakyat makin banyak yang melarat, dengan tingkat kemelaratan yang kian parah. Bahkan, rakyat makin banyak yang sekarat.

Ya, kondisi per-korupsi-an di negara ini sudah semakin "tidak terkendali". Bahkan siapa koruptor, siapa "pemberantas" koruptor juga semakin samar.  Bahkan di negara ini sudah dibentuk Komisi Pemberantas Korupsi (KPK), yang mudah-mudahan tidak ikut-ikutan terjangkiti virus korupsi. Sudah seharusnya, KPK  bertindak tegas, tidak pandang bulu, tidak tebang pilih, segenap koruptor disikat ajah, kalau perlu dibuang ke laut aje ..... (Atep Afia)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun