Oleh : Atep Afia Hidayat -
Luar biasa ! Antusiasme masyarakat terhadap pertandingan babak final ke-2, Piala AFF Suzuki 2010, Rabu 29 Desember 2010, di Stadion Utama Gelora Bung Karno, begitu luar biasa. Puluhan ribu orang bermalam (Sabtu, 25 Desember 2010)Â di sekitar stadion untuk menunggu penjualan tiket, yang akan dimulai pukul 10 siang keesokan harinya (Minggu, 26 Desember 2010).
Namun apa daya, panitia tidak siap, sehingga terjadi kericuhan. Bahkan, pintu stadion dijebol, sehingga para pendukung berat Timnas tersebut berhamburan memasuki stadion, termasuk menginjak-nginjak rumput yang sudah dipersiapkan untuk pertandingan dan menduduki kursi penonton, termasuk kursi VVIP. Sementara dibagian luar pagar-pagar stadion pun banyak yang dirobohkan. Tragedi yang cukup mengenaskan, yaitu ketika emosi sebagian suporter memuncak, ada yang lepas kendali, sehingga merampas tiket dari tangan panitia, kemudian dihambur-hamburkan dan jadi rebutan di lapangan.
Jelas, PSSI harus bertanggung jawab atas semua ini, sehingga FIFA pun memberikan teguran. Sudah dengan sendirinya tragedi tiket tersebut menjadi pemberitaan media, baik dalam maupun luar negeri. Dalam sebuah wawancara televisi sawasta nasional, Ketua Umum PSSI, Nurdin Halid menduga ada provokator yang berupaya mengacaukan babak final Piala AFF Suzuki tersebut.  Menurutnya, dia sudah berkoordinasi dengan Idrus Marham  Marham dan intelejen untuk mengusut persoalan.
Ya, provokator jadi kambing hitam. Padahal sudah jelas kisruh tiket nonton bola ini disebabkan oleh panitia yang tidak siap, termasuk koordinasi dengan aparat keamanan. Padahal kalau panitia yang dibentuk PSSI tidak kaku, tiket bisa dijual sejak malam sebelumnya (Sabtu, 25 Desember 2010). Walaupun hari libur nasional, toch melalui informasi yang ditayangkan beberapa stasiun televisi nasional, sudah terjadi lonjakan calon pembeli tiket di sekitar Stadion Gelora Utama Bung Karno pada malam itu. Dengan kewenangannya bisa saja Ketua Umum PSSI segera menginstruksikan panitia untuk membuka penjualan tiket, sehingga jumlah antrian berangsur-angsur berkurang, tidak lagi terjadi penumpukan.
Dengan kondisi Stadion Utama Gelora Bung Karno yang sedikit mengalami kerusakan, tentu saja FIFA akan segera mengevaluasi kelayakan untuk pertandingan sesi kedua. Jika tidak memenuhi syarat, maka ada kemungkinan dialihkan ke Stadion Jaka Baring, Palembang atau Stadion Bukit Jalil, Kuala Lumpur, Malaysia. Seandainya hal itu terjadi, maka kerugian akan dialami Timnas dan suporter. Kekisruhan juga akan terjadi pada panitia di Stadion Utama Gelora Bung Karno, bagaimana cara mengembalikan tiket dan memberikan uang pengganti kepada puluhan ribu suporter yang sudah membeli tiket.
Ya, dari kasus mis-kelola penjualan tiket tersebut, PSSI seharusnya bisa mengaca diri, ternyata ada ketidak-profesionalan. PSSI seharusnya memberikan layanan yang prima kepada suporter yang sedang mengalami euforia dan semangat yang luar biasa. Dukungan masyarakat yang begitu luar biasa tersebut, seharusnya menjadi cambuk bagi PSSI untuk semakin berbenah. Bagaimanapun, PSSI dengan Timnas dan suporternya harus makin berkelas, supaya bisa mendunia. Suatu saat bisa saja menjadi penyelenggara FIFA World Cup, puncak dari perhelatan sepak bola se-dunia. Â (Atep Afia)
Universitas Mercu Buana Jakarta
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H