Mohon tunggu...
Atep Afia Hidayat
Atep Afia Hidayat Mohon Tunggu... profesional -

Pemerhati sumberdaya manusia dan lingkungan

Selanjutnya

Tutup

Nature

Green Campus Jangan Hanya Basa-Basi

10 Mei 2011   02:22 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:53 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Oleh : Atep Afia Hidayat -

Sangat penting untuk dicermati, sampai berapa jauh kiprah perguruan tinggi atau kampus terhadap pemeliharaan dan pelestarian lingkungan hidup. Apakah kiprahnya sudah terbukti secara nyata atau baru bersifat teoritis-konseptual ? Jangan sampai ada kecenderungan peranannya hanya sebatas diskusi, seminar atau lokakarya dan relative kurang beraksi.

Persoalan menyangkut lingkungan hidup ternyata makin banyak dibahas dan diungkapkan. Kenyataannya, setiap orang berkepentingan dengan lingkungan hidup, karena menyangkut salah satu kebutuhan primernya. Dalam hal ini, perguruan tinggi selaku salah satu agen pembaruan atau modernisasi dalam kehidupan masyarakat, tentu saja harus berperan secara eksis dan dominan. Orang kampus tidak bisa berpangku tangan, atau sekedar melakukan analisis masalah tanpa disertai upaya pemecahan masalah yang benar-benar objektif.

Akibat makin meluasnya industrialisasi dan makin pesatnya pertambahan jumlah penduduk, maka kerusakan lingkungan semakin menjadi-jadi. Tampaknya, di seluruh permukaan bumi ini, hampir setiap sudut telah terjangkau rekayasa manusia. Ironisnya, upaya perekayasaan tersebut umumnya menggangu stabilitas ekosistem.Tak ada satupun ekosistem buatan manusia yang lebih stabil dari pada ekosistem alam. Ekosistem buatan ditandai dengan tingkat kerentanaannya ( vulnerability ) yang tinggi, mudah rusak, mudah dipengaruhi oleh iklim sekitar. Sebagai gambaran ekosistem berupa perkebunan lebih rawan terhadap pengaruh fluktuasi iklim, bencana alam, bahkan gangguan hama penyakit dibanding ekosistem hutan.

Kenyataanya, mutu lingkungan hidup kian merosot, bahkan di beberapa kokasi sampai ke tingkat yang paling rendah. Hal itu ditandai dengan kemampuannya yang menurun sedemikian rupa, hingga tidak lagi memenuhi syarat-syarat atau kelayakan bagi kehidupan spesies yang ada dibumi, termasuk manusia.

Melihat kondisi tersebut, sudah sewajarnya perguruan tinggi turut menghambat laju penurunan mutu lingkungan hidup. Melalui Tri Dharma Perguruan Tinggi bisa makin mengintensifkan penyuluhan mengenai lingkungan hidup. Penelitian menyangkut pemeliharaan dan kerusakan lingkungan hidup harus lebih ditingkatkan, dengan hasilnya yang benar benar diaplikasikan secara luas. Hasil penelitian jangan hanya berakhir dimeja sidang atau seminar, lantas diarsipkan di perpustakaan. Hasil penelitian hendaknya dipublikasikan secara luas, hingga masyarakat benar-benar memanfaatkannnya.

Kejelasan informasi dari perguruan tinggu itulah yang bisa dimanfaatkan untuk menangkal kerusakan lingkungan hidup. Umpamannya, hasil analisis mengenai kadar gas polutan di salah satu bagian kota, sudah semestinya dipublikasikan secara luas, yakni supaya pihak terkait segera mengambil tindakan atau penertiban.

Bagi masyarakat perkotaan bisa diberikan penyuluhan mengenai pengelolaan sampah atau pemeliharaan kebersihan dan keindahan lingkungan perkotaan. Bagi masyarakat pedesaan bisa diberikan penyuluhan mengenai penghijauan, hutan desa, energy ramah lingkungan, dan sebagainya.

Bagi pengusaha atau industriawan yang cenderung melakukan pelimbahan yang melampaui batas, perguruan tinggi pun bisa melakukan pendekatan, upamanya dengan cara menjalin kerjasama dalam penelitian mengenai pengurangan kadar limbah, atau merancang alat tertentu yang mampu mengurangi kadar limbah atau polusi. Perguruan tinggi menyediakan tenaga ahli dan rancangan, sedangkan pengusaha menyediakan fasilitas dan dana.

Perguruan tinggi pun sudah semestinya mengadakan komunikasi dengan pihak pengambil keputusan, umpamannya dengan Kementerian Lingkungan Hidup, Kehutaan, Perindustrian, Pertanian, Bapedal (Badan Pengawas Dampak Lingkungan), POLRI, Kejaksaan, dan sebagainya. Kerja sama tersebut diharapkan mampu menangkal secara dini terjadinya kerusakan lingkungan hidup.

Masalah lingkungan hidup sebenarnya merupakan masalah global, tidak hanya menyangkut orang ekologi, tetapi juga dari disiplin ilmu lainnya, baik teknik, sosial, komunikasi, ekonomi, hukum, psikologi bahkan kebudayaan. Upaya pemecahan masalah lingkungan hidup sudah semestinya melibatkani antar disiplin ilmu.

Sebagai contoh, untuk melakukan analisis mengenai dampak lingkungan (Amdal) pada proyek-proyek dan industri-industri tertentu, diperlukan orang-orang ekologi, teknik, sosial, hukum,  ekonomi, dan sebagainya.

Dengan demikian selayaknya berbagai potensi yang dimiliki perguruan tinggi dimanfaatkan secara optimal. Civitas akademika diharapkan meningkatkan kepeduliannya terhadap persoalan lingkungan hidup. Green campus jangan hanya basa-basi atau  menjadi slogan semata! (Atep Afia).

Sumber Gambar:

http://sustainability.ucsb.edu/images/gcp.jpg

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun