Oleh : Atep Afia Hidayat - Pemilihan Umum (Pemilu) 2014 akan menjadi momentum yang sangat penting bagi keberlangsungan bangsa dan negara Indonesia. Ya, negara terluas ketujuh dengan jumlah penduduk terbanyak keempat di dunia ini harus dipimpin dan dikelola oleh pemerintahan yang dikepalai seorang presiden yang mumpuni. Presiden yang berani, tegas, jujur dan adil, buka presiden yang tersandera oleh beragam kepentingan. Negara besar ini memerlukan figur pemimpin yang tidak hanya mampu mengelola dalam negeri, namun juga kawasan regional, bahkan berkaliber internasional. Indonesia adalah negara terbesar di Kawasan Asia Tenggara, sudah selayaknya menunjukkan potensi kepemimpinannya.
Setelah sekian lama dalam kondisi carut-marut berbangsa dan bernegara, tentu diperlukan solusi untuk terbebas dan “merdeka” dari beragam ketidakberesan. Ya, republik terindah di dunia ini sangat memerlukan solusi, untuk segera tampil menjadi sebuah kekuatan baru yang disegani dan mampu berpartisipasi aktif di kancah internasional. Salah satu solusinya ialah terpilihnya seorang presiden yang berkualitas. Presiden yang pintar dalam menjalankan fungsi dan kedudukannya, serta hak dan kewajibannya; Bersikap amanah atau memegang janji, sebagaimana pernyataan janji presiden dalam UUD 1945; Selalu mengedepankan kebenaran dan bersikap jujur dalam menjalankan tugasnya; Bersikap terbuka sebagai negarawan, bukan lagi sebagai representasi satu kelompok tertentu. Meskipun tidak mungkin mendapat dukungan 100 persen rakyat, presiden terpilih adalah pemimpin untuk segenap rakyat, bukan hanya pemimpin bagi yang memeilihnya. Oleh sebab itu, sangat mengherankan jika ada presiden yang terlalu sibuk dan energinya terkuras habis hanya untuk mengurusi partai politik pengusungnya.
Hari Senin, 13 Februari 2012 lalu, bertempat di Istana Negara, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyebut 26 tokoh nasional yang sepertinya berminat mencalonkan diri sebagai Presiden pada 2014 mendatang. Namun siapa saja mereka, SBY tidak gamblang menyebut nama-namanya. SBY hanya mengatakan mengikuti ke-26 tokoh yang siap berkompetisi itu dilihat. "Di antara mereka ada yang sudah deklarasi, ada yang membuat statement dan ada yang gerak geriknya beliau ingin jadi presiden. Silahkan," sebagaimana dikutip Tribunnews.com.
Sementara pengamat politik yang juga Direktur Eksekutif Indo Barometer, Muhammad Qodari, S.Psi, MA, menyebutkan 26 nama yang punya aspirasi dan atau gelagat hendak mencalonkan diri jadi Presiden. Nama-nama tersebut ialah :
2)Ketua Umum Partai Golkar Aburizal B
3)Pangkostrad TNI (Ipar SBY) Pramono Edi
4)Ibu Negara Ani Yudhoyono
5)Ketua DPR RI Marzuki Alie
6)Menko Polhukam Djoko Suyanto
7)Ketua Umum PAN Hatta Rajasa
8)Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar
9)Ketua Umum PPP Suryadharma Ali
11)Ketua Dewan Pembina Gerindra Prabowo S
12)Pendiri Ormas Nasdem Surya Paloh
13)Ketua Dewan Penasehat Partai Nasdem Harry Tanusudibyo
14)Mantan Wapres RI Jusuf Kalla
15)Mantan Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso
16)Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD
17)Direktur Pelaksana Bank Dunia Sri Mulyani Indrawati
18)Aktivis Politik Rizal Ramli
19)Mantan Mensesneg Yusril Ihza M
20)Menteri BUMN Dahlan Iskan
21)Pendiri PKS Luthfi Hasan Ishaq
22)Gubernur DIY Sri Sultan HB X
23)Ketua Umum Demokrat Anas Urbaningrum
24)Aktivis dan Tokoh Pendidikan Anis Baswedan
25)Putra Mantan Presiden Soeharto Tommy Suharto
26)Ketua Dewan Pertimbangan Golkar Akbar Tanjung
Mengacu pada pernyataan Presiden SBY dan daftar yang dikemukan Qodari, hal pertama yang muncul ialah perasaan skeptis, secara kuantitas hanya 26, kenapa tidak 100 atau lebih. Bukankah negara ini berpenduduk 238 juta jiwa. Dari segi nama-nama yang muncul ternyata didominasi politisi senior, usia kepala enam ke atas, tokoh usia kepala empat sangat sedikit. Daftar di atas ternyata masih didominasi L-4 (loe lagi loe lagi.... cape dehh). Tentu saja nama-nama yang masuk bursa calon presiden harus diperbanyak, minimal sampai 100 orang. Perlu ada mekanisme penjaringan yang dapat menggali berbagai potensi kepemimpinan nasional.
Kondisi bangsa dan negara saat ini dalam kondisi terpuruk, hal itu terutama karena faktor kepemimpinan nasional yang kurang kondusif. Pemerintah sudah terbentuk melalui proses demokrasi yang dianggap baik, namun apa daya roda pemerintahan berjalan seperti terseok-seok. Baik lembaga eksekutif, legislatif maupun yudikatif berkinerja dengan performa yang “kurang memuaskan” rakyat.Pemilu 2014 menjadi awal harapan baru, supaya terpilih presiden dan jajaran pengelola negara yang benar-benar berkarakter sebagai negarawan dan mengutamakan kepentingan bangsa dan negara. (Atep Afia).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H