Mohon tunggu...
Atep Afia Hidayat
Atep Afia Hidayat Mohon Tunggu... profesional -

Pemerhati sumberdaya manusia dan lingkungan

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Ibadah Minimalis

18 Oktober 2011   12:06 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:48 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh : Atep Afia Hidayat - Manusia adalah mahluk sudah pasti ada yang menciptakannya, menghidupkannya dan mematikannya. Manusia ada batas masa hidupnya, tidak ada satupun yang hidup terus-menerus. Sudah ada kepastian kapan si A harus meninggalkan kehidupan di dunia, bahkan sudah tertulis kapan detik “D”, menit “M”, jam “J”, hari “H”, bulan “B” dan tahun “T”-nya, Setiap manusia ada titik jatuh temponya dan sama sekali tidak bisa diperpanjang, meskipun hanya satu detik.

Menurut prediksi Divisi Kependudukan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), tepat tanggal 31 Oktober 2011, jumlah manusia akan mencapai tujuh milyar jiwa, tersebar di 203 negara yang ada. Distribusi di permukaan Planet Bumi sangat tidak merata, ada bagian yang sangat padat, banyak juga yang sangat jarang. Bagian permukaan Bumi yang memiliki sumberdaya ekonomi berlimpah biasanya dipadati manusia.

Tujuh milyar manusia hidup dan menjalani kehidupan di planet yang sama, secara serempak semuanya membuat cerita dan berita. Setiap individu manusia ada kisah dan catatannya masing-masing. Tujuh milyar manusia itu memiliki posisi dan peran masing-masing, menjalani kuota waktu hidupnya dengan ekspresi dan improvisasi masing-masing.

Namun tujuh milyar manusia tersebut tentu semuanya dalam posisi bergantung, tidak ada yang memiliki otonomi penuh. Tidak ada yang bisa menjalani kehidupan sepenuhnya sesuai dengan kemauannya. Manusia adalah mahluk yang ada pengaturnya. Ada yang mem-bolak-balikan hatinya, ada yang memberikan inspirasi, ada yang mempertahankannya supaya tetap hidup, beraktivitas dan berkembang biak, serta ada yang akan mengakhiri kehidupannya.

Manusia tidak bisa terbebas dari Penciptanya, meskipun cara berpikir, sikap dan tindakannya merasa demikian. Tetap saja manusia harus menjalani fase-demi-fase kehidupannya, mulai proses pembentukan, kelahiran, tumbuh dan berkembang, dewasa, menua dan meninggal. Semua manusia harus melewati tahapan tersebut, kecuali yang meninggal duluan.

Tidak semata-mata manusia diciptakan, kecuali untuk beribadah kepada Penciptanya. Ya, tugas manusia ialah beribadah kepada Sang Pencipta. Lantas ibadah seperti apa ? Tentu saja Sang Pencipta sudah menyiapkan panduan lengkapnya bagaimana manusia beribadah. Selain dilengkapi perangkat keras (hardware), manusia pun dibekali perangkat lunak (software). Sang Pencipta menyertakan buku manual untuk standar operasional hidup manusia.

Dengan demikian, tugas manusia ialah mencari dan mencapai Tuhan, Sang Pencipta, melalui software yang telah disiapkannya. Lantas, bagaimana supaya manusia mendapatkan softwareversi original, bukan yang bajakan apalagi telah mengalami modifikasi ? Untuk itu manusia diberi akal dan pikiran untuk belajar menemukan kebenaran.

Sangat merugi jika menjalani kehidupan tanpa mempedulikan software-nya. Tentu saja pencapaian tertinggi tidak akan diraih, yang ada hanya menjalani kehidupan dengan kesia-siaan. Bagaimanapun arena kehidupan adalah ajang ibadah, baik ibadah khusus maupun yang umum. Hidup terlalu berharga jika menjalaninya hanya dengan ibadah minimalis, ala kadarnya dan sekedarnya.

Setiap ibadah tentu akan mencapai sasarannya asal menjalaninya sesuai dengan panduan yang benar. Ibadah itu hanya berlaku sepanjang manusia masih menjalani kehidupan di alam dunia. Ketika manusia di alam rahim dan di alam kubur, kewajiban ibadah itu tidak ada. Alam rahim dan alam kubur merupakan masa penantian. Alam rahim adalah penantian untuk menjalani kehidupan di alam semu atau alam fana (alam dunia). Alam kubur adalah penantian untuk menjalani kehidupan di alam keabadian (alam akherat).

Ya, perjalanan manusia akan menjalani keabadian di alam akherat. Hanya ada dua kondisi kehidupan manusia di alam akherat, yaitu bahagia dan sengsara. Adapun faktor yang menentukannya ialah kualitas dan kuantitas ibadah selama di alam dunia. Sulit dibayangkan, bagaimana kondisi kehidupan di alam akherat jika selama di alam dunia hanya menjalani ibadah secara minimalis.

Tujuh milyar manusia yang hidup sekarang dan milyaran manusia yang saat ini berada di alam penantian (alam kubur), setelah tibanya hari kiamat (saat Planet Bumi mengalami kehancuran total, bahkan musnah) secara serempak akan memasuki alam keabadian. Kondisi kehidupan di sana tergantung pada kualitas, kuantitas dan orisinalitas ibadahmya masing-masing. Manusia diberi seperangkat alat dan sistem untuk mencari kebaikan yang benar dan kebenaran yang baik. Tidak ada dan upaya kecuali atas pertolongan Allah. Dan Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum (sekelompok manusia), jika kaum itu tidak berupaya mengubahnya sendiri. (Atep Afia).


PantonaNews.com

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun