[caption id="attachment_139572" align="aligncenter" width="640" caption="Ayu Ting Ting/Admin (KOMPAS.com/Irfan Maullana)"][/caption] Oleh: Â Atep Afia Hidayat - Kecanggihan teknologi informasi (IT) kembali mengangkat hal yang biasa menjadi luar biasa, sehingga menjadi sesuatu yang fenomenal. Setelah sebelumnya muncul fenomena Keong Racun dan Briptu Norman, kini dunia hiburan Indonesia disibukkan dengan kemunculan Ayu Ting Ting. Siapa Ayu Ting Ting, bagaimana bisa hanya dalam hitungan pekan namanya begitu meroket, sehingga berbagai media cetak, elektronik dan online begitu intensif menyorotinya. Wajah Ayu Ting Ting yang imut-imut dan ngetop karena hitsnya "Alamat Palsu" setiap hari tampil di layar kaca. Halaman surat kabar dan majalah, baik yang terbit di Jakarta atau kota-kota lainnya menyajikan reportase kesuksesannya. Begitu pula media online terkemuka seperti Vivanews dan Detik.com berita selebritisnya banyak menampilkan Ayu Ting Ting. Kalau dicermati fenomena Ayu Ting Ting merupakan perpaduan antara kecanggihan teknologi informasi, penampilan dan suara merdunya, serta lagu dangdutnya dengan lirik sederhana dan mudah dicerna, serta tentu saja orang-orang di balik pencapaian kesuksesannya. Kemunculan Ayu Ting Ting tidak terlepas dari apa yang dinamakan ring back tone (RBT) "Alamat Palsu". Menurut catatan Wikipedia, RBT atau nada sambung pribadi (NSP) adalah suara yang diperdengarkan di jalur telepon oleh pihak penelepon setelah selesai melakukan pemanggilan dan sebelum panggilan dijawab oleh pihak yang dihubungi. Selanjutnya dijelaskan, versi personal dari nada sambung disebut nada sambung pribadi. Nada sambung pribadi ini menjadi fenomena khusus di Indonesia mengingat produk ini harus dibayar oleh pelanggan telepon selular tanpa bisa mendengarkannya sendiri dan pihak pemanggil justru yang menikmati suara dari nada sambung tersebut. Wikipedia juga menyebutkan, fenomena ini juga telah menjadi penyelamat industri musik di Indonesia ditengah meningkatnya pembajakan rekaman lagu. Nada sambung yang memperdengarkan lagu ini tidak bisa dibajak karena ditempatkan pada mesin dari operator telepon selular. Pada perkembangannya nada sambung pribadi ini selain dimanfaatkan oleh industri musik juga digunakan oleh berbagai pihak untuk promosi dan himbauan. Dengan demikian, ketika terjadi koneksi telepon seluler makan akan terdengan nada sambung berupa suara Ayu Ting Ting yang mendayu-dayu, "Ke mana ke mana ke mana... Kuharus mencari ke mana... Kekasih tercinta tak tahu rimbanya... Lama tak datang ke rumah....." dst. Model pemasaran lagu "Alamat Palsu" melalui RBT dan televisi, ternyata begitu efektif dalam "menghipnotis" masyarakat untuk mengunduhnya ke dalam ponsel pribadinya. Di sisi lainnya, performa mahasiswi Universitas Guna Darma, Depok, berusia 19 tahun tersebut, juga sangat memikat produser berbagai acara di televisi, maka sebagaimana Keong Racun (Sinta dan Jojo) yang asal Cimahi dan Briptu Norman yang asal Gorontalo, kehadiran Ayu Ting Ting pun kerap mewarnai beragam acara paling populer berbagai stasiun televisi. Selain tampil sebagai penyanyi, Ayu Ting Ting pun didaulat sebagai presenter, bahkan bersiap masuk dunia sinetron. Beragam sistem dan perangkat teknologi informasi terus melambungkan nama Ayu Ting Ting. Mesin pencari Google, sampai dengan pukul 08.30, Rabu, 5 Oktober 2011, sudah mencatat 2.540.000 hits; Yahoo 612.000 hits, pada Yahoo OMG termasuk dalam pencarian popular nomor dua; Youtube yang menyajikan hits "Alamat Palsu" sudah dikunjungi 566.135 orang. Begitu pula di berbagai situs jejaring sosial seperti Facebook dan Twitter, nama Ayu Ting Ting menjadi trending topics. Itulah teknologi informasi, kinerjanya dalam melambungkan nama seseorang bisa begitu dahsyat. Nama-nama yang mendunia seperti Barack Obama dan Oprah Winfrey tidak terlepas dari kepiawaian dirinya atau orang di belakangnya dalam memanfaatkan setiap sistem dan perangkat teknologi informasi. Ayu Ting Ting dengan multitalenta serta daya tarik yang dimilikinya, saat ini melesat bagai meteor, langsung menempati papan atas dunia selebritis Indonesia. Tak heran jika ada yang memberitakan tariff per penampilannya sudah Rp. 30 juta per sekali pentas, ada juga yang mengatakan Rp. 30 juta per setengah jam ? Luar biasa. " Ke sana ke mari membawa alamat ... Namun yang kutemui bukan dirinya .... Sayang yang kuterima alamat palsu... " dst. (Atep Afia).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H