Mohon tunggu...
Atep Afia Hidayat
Atep Afia Hidayat Mohon Tunggu... profesional -

Pemerhati sumberdaya manusia dan lingkungan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

di Negeri Subur Kok Banyak Penganggur?

1 Februari 2011   15:31 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:59 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh : Atep Afia Hidayat - Idealnya semua orang yang berusia produktif menempati posisi pekerjaan tertentu, dengan kata lain tidak ada yang menganggur. Namun ternyata di negara yang termasuk paling kaya sumberdaya alamnya di dunia ini, jumlah pengangguran cenderung tidak berkurang, tahun 2010 yang lalu mencapai 23 juta orang. Luar biasa, daya serap lapangan kerja memang sangat terbatas. Bagaimana sulitnya mendapat perkerjaan di negara subur makmur ini, terlihat dari selalu berjubelnya pelamar kerja di setiap lowongan kerja yang ada. Mungkin masuh ingat kejadian tanggal 21 Januari 2007, jalanan sekitar GOR Senayan macet total. Ada apa gerangan, demo-kah? Bukan, bukan, ternyata ada sekitar 65.000 orang memadati 70 persen kursi GOR terbesar di Indonesia itu. Dan 35.000 orang lainnya di Bandung, Medan dan Surabaya. Mereka berebut untuk 500 lowongan kerja yang disediakan Trans TV dan Trans 7. Mayoritas mereka adalah para sarjana, ada yang masih segar ada pula yang sudah agak basi. Persaingannya begitu ketat, lebih seru dari SPMB. Dan kegiatan tersebut tercatat sebagai rekor di MURI. Lantas, pelajaran atau hikmah apa yang dapat dipetik dari kejadian tersebut. Ternyata, cari kerja kok tambah sulit saja ya. Sarjana sekalipun, yang secara kualitas SDM relatif lebih baik, tetapi masih juga berdesak-desakan, menenteng-nenteng map. Jadi ingat lagu Bang Iwan Fals, kita nyanyi dulu oke ! "Berjalan, seorang pria muda, dengan jaket lusuh dipundaknya ....... dst. Engkau sarjana muda... dst". Pokoknya gambaran seorang Sarmud yang sibuk mencari-cari pekerjaan. Kalau dipikir-pikir itu lagu tahun 1970-1980, sudah 30 - 40 tahun yang lalu. Tapi kondisinya ya sama saja seperti sekarang, berarti tak ada perubahan donk. Sebenarnya kalau pemerintah mau dan serius, lapangan kerja itu bisa dikembangkan diseantero Indonesia. Bayangkan berapa tilyun rupiah anggaran negara yang akan dikelurkan untuk kenaikan gaji dan tunjangan 8.000 pejabat, sesuai dengan rencana Menteri Keuangan baru-baru ini ? Padahal kondisi sosial ekonomi mereka saat ini sudah baik. Seandainya anggaran itu dialokasikan untuk memodali para pencari kerja dan pengangguran untuk berwirausaha secara mandiri, maka dengan sendirinya angka penagguran akan berkurang drastis. Tapi itu tadi, sepertinya tak ada kemauan serius, kebanyakan pejabat hanya memikirkan masa depan diri dan keluarganya, dan kurang peka terhadap masa depan rakyat. Sulit dicerna dengan akal sehat. Di negeri yang subur kok banyak penanggur. Lahan subur dan luas dibiarkan terlantar dan nyaris tak berbekas. Bumi tidak banyak memberikan hasil, malah semakin rusak-parah dijarah tangan-tangan jahil. Kesempatan kerja pun kian menyusut, karena bumi, lahan dan laut tidak dikelola dengan baik. Akhirnya harapan kepada pemangku negara makin menipis, karena mereka hanya mencari selamat masing-masing. Ya, akhirnya balik ke pribadi masing-masing. Toh akhirnya setiap rakyat harus menyelamatkan diri masing-masing, karena memang dicontohinya begitu.  Daripada mencari kerja lebih baik membuka lowongan kerja. Klise memang, tetapi mau apalagi. Dan ternyata 90 pintu rejeki itu ada pada usaha atau dagang, sedangkan dari kerja hanya ada 10 pintu rejeki. (Atep Afia)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun