Oleh : Atep Afia Hidayat- Pengamat politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Ikrar Nusa Bakti, mengatakan bahwa Partai Demokrat saat ini menjadi ciri partai yang "acak kadut". (Kompas.com, 4 Juni 2011).Pernyataan Ikrar tersebut berkaitan dengan kemelut yang terjadi ditubuh Partai Demokrat (PD), seperti tidak ada kekompakan di antara para pengurusnya dalam menyikapi suatu persoalan, misalnya menyangkut kasus Nazaruddin.
Partai “acak kadut” bisa diartikan bahwa di dalam partai tersebut tidak ada manajemen yang solid, tidak ada pemimpin yang disegani dan cepat mengambil keputusan yang dipatuhi bersama. Iklim organisasi di dalam partai “acak adut” terkesan ngalor-ngidul, yang satu ke barat yang lain ke timur, seolah tidak ada arah bersama. Bahkan, pernyataan beberapa tokoh partai makin memperkeruh suasana, misalnya adanya inisial Mr. A, yang dituding mengobok-obok urusan dalam PD. Siapakah Mr. A ? Begitu hebatnya dia sehingga bisa campur tangan dalam internal PD. Padahal saat ini PD adalah Parpol terbesar di Indonesia. Berarti Mr. A orang besar donk.
Ada juga yang menyatakan bahwa di PD saat ini terdapat tiga faksi, yang masing-masing saling berebut pengaruh, bahkan memiliki corong masing-masing dalam mengomentari sebuah kasus. Suara PD seperti tidak seirima, hal ini sangat membingungkan rakyat. Lantas, mau dibawa ke mana gerbong Parpol pemenang Pemilu 2004 dan 2009 itu ? Bagaimanapun PD merupakan aset bangsa yang perlu diselamatkan, terlepas dari apakah kekuatan internal atau eksternalyang saat ini sedang meng-obok-oboknya.
Saat ini PD merupakan partai pemerintah, sehingga kemelut internal di PD bisa berimbas pada situasi dan kondisi pemerintahan. Dengan kata lain jalannya pemerintahan akan terganggu. Presiden Soesilo Bambang Yoedoyono (SBY) adalah Presiden RI yang merangkap sebagai Ketua Dewan Pembina PD. Kemelut di PD jelas menguras energi Presiden, konsentrasinya dalam mengurus rakyat dan negara akan terpecah.
Gerbong PD memerlukan lokomotif yang bisa mengarahkan organisasi ke rel-nya yang semula. Para pengurus yang ambisius hendaknya bisa menahan diri, jangan hanya mementingkan diri dan kelompoknya. Keutuhan Parpol harus dipelihara, jangan sampai kelak muncul semacam PD Perjuangan atau PD Reformasi, sebagaimana terjadi pada beberapa Parpol lannya. Itulah ciri khas Parpol di Indonesia begitu mudah retak, karena kebanyakan pengurus kurang memahami visi dan misi partai. Dalam benaknya hanya muncul keinginan sesaat untuk meraih kedudukan, maka beragam cara pun ditempuh, baik cara “halus” atau cara “kasar”.
Dalam berorganisasi dan mengelola partai, hendaknya para politisi bermain cantik dan profesional. Kalau bermain curang dan brutal, maka kartu kuning bahkan kartu merah pun akan segera diraih. Dalam hal ini rakyat adalah wasit yang akan menghakimi para politisi. Jika seorang politisi sering melakukan pelanggaran, apalagi pelanggaran berat, maka jangan heran dalam Pemilu mendatang nama sang politisi akan tercoret dari daftar kandidat.
Dalam organisasi apapun konflik kepentingan selalu terjadi, persoalannya apakah pengelola organisasi, terutama pimpinannya piawai dalam manajemen konflik ? Segala macam konflik bisa diselesaikan asalkan ada sang maestro dalam manajemen konflik. Konflik partai adalah konflik di antara politisi atau di antara faksi, dengan demikian pihak-pihak yang ber-saling-silang pendapat harus duduk bersama untuk mencari solusi terbaik.
Akibat ulah politisi yang kurang dewasa, maka citra partai pun ikut terpuruk, bahkan muncul pemberian nama partai “acak kadut”. Hal tersebut sangat merugikan partai, karena sebagian pendukungnya akan berpikir ulang untuk mendukung kembali pada Pemilu mendatang. Di manapun berada konstituen sebuah partai senantiasa menginginkan kondisi partainya tenang, teduh, profesional dan berkualitas. Apalagi jika partai tersebut telah menyandang posisi partai pemerintah, maka segenap lapisan rakyat akan memperhatikannya. Jika kondisi “acak kadut” masih dipertahankan, maka tak mustahil sebagian masa partai akan berteriak .. “kaburrrrrrrrrrrrr”. (Atep Afia, pengelola PantonaNews.com)
Sumber Gambar:
http://hizbut-tahrir.or.id/wp-content/uploads/2008/09/partai-gak-jelas.gif
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H