Mohon tunggu...
Atep Afia Hidayat
Atep Afia Hidayat Mohon Tunggu... profesional -

Pemerhati sumberdaya manusia dan lingkungan

Selanjutnya

Tutup

Nature

Bumi Makin Beracun dan Berdebu

31 Maret 2011   14:16 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:15 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh : Atep Afia Hidayat - Planet bumi sudah diselimuti debu dan racun. Itu tak dapat disangkal lagi, bahkan konsentrasinya makin tinggi. Bumi makin pengap, tak heran beribu-ribu spesies flora dan fauna punah, tanpa menyisakan keturunannya sama sekali. Sebagian dari mahluk hidup penghuni bumi itu sudah tak tahan lagi karena kondisi lingkungan tempat tinggalnya (habitat) yang mengalami kerusakan. Kita mengetahui dari catatan paleontologi atau arkeologi, beberapa binatang tertentu kini tak ditemukan lagi. Selain itu, ada beberapa jenis binatang yang begitu ketat dilindungi undang-undang, karena populasinya tinggal sedikit saja sehingga dikhawatirkan akan segera punah. Jumlah species flora dan fauna menyusut, sebagian karena proses alam, sedangkan sebagian lagi akibat ulah manusia. Manusia memburunya untuk keperluan hidup seperti dijadikan bahan pangan atau sandang, bahkan hanya sekedar kesenangan. Hingga saat masih banyak orang yang berburu hanya sekedar “hobi”. Menembaki binatang di hutan hanya demi mengukur kemampuan dalam menggunakan senjata, atau ada juga untuk sekedar “berolahraga”. Olahraga dengan cara mengejar, mencederai dan membunuh binatang amat tidak etis, apalagi jika yang menjadi obyek buruan merupakan binatang langka yang dilindungi undang-undang. Manusia secara terus menerus merampas habitat flora dan fauna. Konsentrasi debu dan racun semakin pekat di seluruh ekosistem seiring dengan makin bertambahnya polusi udara dan pencemaran perairan. Di kota-kota yang padat industri dan kendaraan bermotor, penduduknya lebih banyak terserang penyakit yang diakibatkan oleh pengaruh debu dan racun, seperti penyakit paru, gangguan pernafasan, penyakit mata dan kanker kulit. Kelompok masyarakat yang memiliki resiko tertinggi ialah polisi lalu lintas, pedagang kaki lima, dan sopir angkutan kota, karena sebagian besar waktu dihabiskan di pusat-pusat keramaian kota yang terus menerus “ditaburi” debu dan “disemprot” gas yang berasal dari sisa pembakaran kendaraan bermotor. Apalagi di jalan-jalan yang sering mengalami kemacetan. Sampai saat ini masih banyak industri dengan seenaknya membuang debu atau limbahnya tanpa proses penyaringan dan pengolahan terlebih dahulu. Dalam berbagai bahan buangan itu terdapat senyawa kimia yang sifatnya meracuni penduduk di sekitarnya. Masih ada pengusaha atau pengelola industri tak memperhatikan kepentingan dan keselamatan orang banyak, debu dan racun yang dibuangnya mengakibatkan dampak negatif bagi kesehatan penduduk. Pengusaha yang demikian sebaiknya ditindak tegas, mengingat aktifitasnya cenderung bersifat “kriminal”. Akibat ulahnya itu bisa mencederai dan mematikan orang di sekitarnya. Perbuatan tersebut bisa dikatakan “merampas kenyamanan hidup orang banyak” atau “mengancam kelangsungan hidup orang banyak”. Di bumi terdapat milyaran sumber-sumber pencemaran udara, mulai dari kendaraan bermotor, mesin-mesin pabrik, kompor, tungku, dan alat pembakaran lainnya. Selain itu ratusan gunung berapi memuntahkan debu dan bahan beracun. Masih ada ancaman potensial terhadap kenyamanan dan kelangsungan bumi, yakni persenjataan militer yang dimiliki oleh hampir setiap negara. Mulai dari senjata ringan hingga yang berat, bahkan beberapa negara memiliki persenjataan nuklir. Seluruh persenjataan jika dipergunakan tentu saja bisa meningkatkan konsentrasi debu dan racun di bumi. Dalam perang tertentu, penggunaan senjata kimia sudah tak ditabukan lagi. Dampak senjata kimia tak lain menimbulkan “proses peracunan”, mulai dari racun yang mengganggu sel-sel pada kulit hingga yang mengganggu sel saraf. Perang dingin dan persaingan antar blok telah usai, namun belum berarti bumi telah terbebas dari ancaman perang, kenyataannya perang masih terjadi di berbagai belahan bumi, seperti yang saat ini terjadi di Libya. Jika konsentrasi debu dan racun di bumi sudah melampaui ambang batas, kehidupan manusia pun terancam. Diperlukan upaya pengungsian besar-besaran ke planet yang layak huni. Dalam hal ini kita patut merenungkan tentang kondisi di planet-planet tetangga bumi yang sudah tak berpenghuni lagi. Mungkinkah telah terjadi kerusakan sebagaimana di alami bumi saat ini ? serta mungkinkah kerusakan itu yang menyebabkan seluruh spesies di planet tersebut musnah ? (Atep Afia). Sumber Gambar: http://www.ncnanotechnology.com/public/_assets/RTI_Airborne_Pollutant.jpg

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun