Oleh : Atep Afia Hidayat -
Betapa indahnya jika terjadi interaksi manusia yang lebih manusiawi. Ya, setiap manusia berhubungan dengan mengacu pada nilai-nilai kemanusiaan, baik menyangkut perasaaan, pikiran dan tindakan. Sebuah eksplorasi humaniora yang positif, progresif dan proaktif, jika interaksi sesama manusia berdampak pada pengembangan dan perbaikan diri masing-masing.
Hablum minannas, begitulah dalam konsep Islam. Hubungan manusia yang mengacu pada nilai Islam. Dua-duanya mendapat manfaat dan berkah kehidupan, sebab acuan interaksinya adalah seperangkat software yang telah dibuat "Pembuat" manusia, yaitu Allah SWT.
Setiap interaksi sosial adalah produktif, karena selalu menghasilkan poin, nilai dan pahala, dengan demikian eksplorasi humaniora akan semakin intensif dan ekstensif. Ya, manusia diciptakan dalam kondisi beragam, berbeda, bersuku-suku, tidak lain untuk saling mengenal, saling berhubungan dan saling bersilaturahim. Eksplorasi humaniora harus berlandaskan kasih dan sayang, menuju jalan yang lurus, yaitu jalan orang-orang yang telah diberikanNya nikmat yang abadi.
Eksplorasi humaniora perlu dilandasi oleh paradigma bahwa setiap orang itu penting, siapapun itu tanpa kecuali. Karena hanya dengan keberadaan orang lainlah seseorang menjadi benar-benar "merasa" hidup. Setiap orang yang ditemui, kapanpun, dimanapun, siapapun adalah sesama insan, sesama mahluk, sesama hamba Allah SWT, yang tentu saja "dipertemukan" dengan sengaja. Tidak ada sesuatu yang kebetulan, semuanya berlandaskan skenario dan kehendak Allah SWT, bahkan sehelai daun yang rontok dari pepohonan, sudah ada perencanaannya, tidak ujug-ujug atau mendadak.
Dengan demikian, setiap orang yang ada di sekitar adalah penting, perlu dieksplorasi. Minimal dengan memberinya senyum, menyapanya, menyemangatinya atau membantunya jika dalam kondisi membutuhkan bantuan. Eksplorasi humaniora harus menyentuh perasaan, pikiran, ucapan dan tindakan. Contoh sukses eksplorasi humaniora dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW, sekitar 14 abad yang lalu di Tanah Arab. Bagaimana Rasulullah mendekati orang per orang, melalui sentuhan hati dan pikiran untuk menuju jalan Allah SWT. Bagaimana dalam waktu belasan tahun orang-orang jahiliyah bisa berubah menjadi orang-orang yang berpikiran dan berbudaya maju. Ya, diawali dengan sambung rasa dan ajakan olah pikir. Bagaimanapun manusia dikaruniai kemampuan merasa dan berpikir, sehingga bisa bermetamorfosa menuju peradaban yang lebih mulia.
Eksplorasi humaniora adalah menyentuh rasa, meng-kontak pikir dan mengajak berbuat kebaikan dan kebenaran. Ya, sudah tentu setiap yang benar adalah baik, tetapi belum tentu bahwa sesuatu yang baik itu benar. Kebenaran hanya satu, pasti dan bisa dipertanggung-jawabkan. Dan visi dan misi kehidupan manusia yang sebenarnya ialah mencari dan menemukan kebenaran sejati, bukan kebenaran semu dan palsu. Eksplorasi humaniora adalah salah satu jalan untuk mencari kebenaran sejati, dengan demikian perlu pengerahan potensi diri seoptimal mungkin. Semua kapasitas sumberdaya digunakan untuk mengungkap hakikat dan makna setiap episode kehidupan. Sehingga pada akhirnya puncak eksplorasi bisa diraih dan episode perjalanan hidup berlanjut di jalan yang lurus, yaitu jalan orang-orang yang telah diberiNya nikmat, bukan jalan yang dimurkaiNya, dan bukan jalan yang sesat. (Atep Afia)
Universitas Mercu Buana Jakarta
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H