Mohon tunggu...
Atep Afia Hidayat
Atep Afia Hidayat Mohon Tunggu... profesional -

Pemerhati sumberdaya manusia dan lingkungan

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Bangsa yang Terus Diracuni

12 Desember 2010   13:18 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:47 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh : Atep Afia Hidayat -

Menyedihkan sekali nasib bangsa ini. Sebagian besar anak bangsa, setiap hari disadari atau tidak harus menelan racun. Pernahkah kita menyaksikan, di sebuah sekolah dasar, ketika jam istirahat tiba. Anak-anak yang manis begitu ceria, mereka berlompatan keluar dari kelas memburu jajanan yang ada di halaman sekolah.

Bermacam-macam jenis jajanannya, berwarna-warni, dan beragam racun pun ada di dalamnya. Mulai dari pewarna tekstil, yang digunakan untuk pewarna makanan, gula kimia, pengawet seperti formalin, dan beragam bahan kimia lainnya,yang jelas-jelas sangat membahayakan kesehatan.

Apakah para pedagang merasa berdosa menjual jajanan beracun? O, jelas tidak, karena mereka tidak tahu dan tidak menyadari. Mereka hanya pekerja sektor informal yang sama sekali tidak ada pembinaan dari Dinas Kesehatan, mereka dengan leluasa bisa membikin jenis makanan apa saja, yang penting laku.

Pernahkah kita naik kendaraan umum, di depan kita ada seorang anak perempuan berseragam SD. Yang membuat kita heran, tubuh anak itu bongsor, melebihi mamahnya. Muka anak itupun terlihat lebih tua dari usianya, dan ternyata sudah ada uban dirambutnya.

Gejala apa ini ? Sekali lagi ini adalah nasib anak bangsa yang diracun. Ternyata anak tersebut gemar sekali mengkonsumsi daging ayam. Lalu apa yang salah dengan daging ayam, khan bergizi tinggi? Betul, tetapi dalam proses pemeliharaannya ayam-ayam tersebut disuntik dengan hormon pertumbuhan berdosis tinggi, sehingga dalam umur 3 bulan ayam tersebut sudah siap dikonsumsi.

Nah, ternyata hormon dari ayam tersebut tidak hilang, tetapi menjadi residu pada daging ayam, yang akhirnya masuk dalam metabolisme setiap orang yang mengkonsumsi ayam tersebut. Dampaknya, ya sebagian anak-anak jadi tumbuh bongsor karena memang hormonnya jadi berlebih. Kalau tidak dikendalikan, maka obesitas akan menyerang sebagian anak-anak.

Selain dalam makanan, racun ada di perairan, ada diudara, bahkan di dalam rumah. sebagian rumah disemprot dengan pestisida pengusir nyamuk secara intensif. Apakah nyamuknya musnah? O, tidak, kalau nyamuk punah, maka berbagai industri pestisida akan bangkrut. Nyamuk yang mati hanya sebagian kecil saja, sebagian pingsan dan sebagian kabur. Nah, perlahan tapi pasti tingkat kekebalan sang nyamuk jadi meningkat. Maka pabrik pestisida pun mengeluarkan semprotan nyamuk dengan kadar racun yang lebih tinggi.

Racun juga ada di air minum kita, baik dari air sumur atau PAM/PDAM. Sebagian Air PAM/PDAM sebenarnya tidak layak minum, hanya layak untuk mencuci dan mandi, terutama karena kadar kaporitnya yang tinggi.

Selain secara fisik, anak bangsa juga diracuni secara mental dan pikiran. Perhatikan beragam tayangan televisi, sebagian besar beracun, sebagian besar tidak memberikan pendidikan dan pencerahan. Begitu pula film yang diputar di biskop-bioskop, jarang yang berpengaruh positif terhadap kualitas mental dan pemikiran anak bangsa.

Isu formalin hanyalah bagian kecil dari racun yang jauh lebih banyak dan beragam. Lalu bagaimana kita harus menyikapinya, komentar anda saya tunggu, ok. (Atep Afia)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun