Mohon tunggu...
Atep Afia Hidayat
Atep Afia Hidayat Mohon Tunggu... profesional -

Pemerhati sumberdaya manusia dan lingkungan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Antara Keong Racun, Keong Sawah dan Keong Emas

9 November 2010   06:18 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:45 18347
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh : Atep Afia Hidayat -

Secara morfologi atau zoologi, keong racun, keong sawah dan keong emas termasuk kelas moluska. Nama beken lain dari keong ialah siput, ada siput dengan cangkang ada juga siput bugil (tidak memiliki cangkang). Orang pedesaan di Jawa (Tengah dan Timur) menyebut keong bugil sebagai  resrespo. Habitat siput sebenarnya sangat luas, mulai perairan tawar, payau sampai lautan yang dalam. Siput atau keong  umumnya makan tumbuh-tumbuhan yang ada di sekitarnya. Lantas, apa bedanya keong racun, keong sawah dan keong emas ?

Keong emas atau keong mas  memiliki nama latin Pomacea canaliculata Lamarck. Dibeberapa daerah keong mas dikenal sebagai siput murbai. Jenis siput ini berasal dari Amerika Latin, masuk Asia Tenggara sekutar tahun 1980-an, awalnya diperkanalkan sebagai jenis makanan protein hewani baru. Ternyata hewan ini berkembang-biak dengan pesat, sehingga berubah menjadi hama potensial bagi tanaman padi berusia muda di negara-negara Indonesia, Filipina, Kamboja, Thailand dan Vietnam.

Dibeberapa daerah hama keong emas  menjadi musuh utama para petani padi, sehingga untuk mengendalikannya ditempuh berbagai cara, mulai dari pemungutan keong dan penghancuran telurnya, penggunaan semut merah semut merah untuk memakan telor keong, penggunaan bebek untuk memakan keong muda, penggunaan tanaman beracun, sampai penggunaan pestisida. Hal itu karena kemampuan berkembang-biak keong emas yang luar biasa, sebagai gambaran seekor keong emas betina mampu menghasilkan 15 kelompok telur dalam sekali siklus hidup (berkisar antara 60 - 80 hari). Ternyata  setiap kelompok telur berisi 300 - 500 butir. Pertambahan populasi yang luar biasa, di mana seekor keong mas dewasa bisa menghasilkan 1000 - 1200 telur dalam setiap bulannya.

Adapun keong sawah dengan nama latin Pila ampullacea, di Jawa Barat dikenal sebagai tutut,  merupakan  siput air yang memiliki habitat di perairan tawar. Tersebar di sawah,  parit, sungai dan danau. Keong sawah atau tutut dikenal dengan juga dengan sebutan siput air, keong gondang, atau  siput sawah. Ada kemiripan dan kekerabatan antara keong mas atau keong murbai dengan keong sawah, masih berkerabat. Namun keong sawah memiliki warna cangkang hijau pekat sampai hitam, dengan ukuran lebih kecil. Sedangkan keong mas cangkannya berwarna lurik kecoklatan.

Keong sawah, siput sawah, siput air atau tutut  merupakan makanan yang lezat, memiliki kadar protein yang tinggi. Keong sawah yang layak konsumsi terutama yang diambil atau dipanen di sekitar kolam, parit atau danah, sedangkan yang diambil di sekitar sawah agak berisiko, karena mengandung kadar pestisida dalam tubuhnya.

Adapun keong racun, nama yang sempat dipopulerkan Sinta dan Jojo melalui situs web You Tube dengan lebih dari 5 juta views, adalah istilah yang digunakan petani seperti di Karawang, untuk keong emas. Para petani sibuk mencari "racun keong" untuk membasmi keong racun tersebut. (Atep Afia)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun