Beberapa polisi duduk di trotoar. Mereka diperintah untuk tetap berjaga. Sudah empat hari mereka tidak bertemu anak, istri serta keluarga lainnya. Mereka berdiri menahan amukan massa. Ya, massa berintelek dan pekerja keras.Â
Pokoknya massa yang mencakup semua orang dari golongan apapun. Massa yang mengatasnamakan gerakan anti ketidakadilan dengan cara-cara anarkis.
Bocah dalam remang-remang menatap sepi ruang publik masyarakat ini. Sedih dan sungguh terharu. Semua orang bisa berubah wajah, perusuh dan perusak. Bertindak atas nama kebenaran namun tidak tahu arah dan akhlak yang baik. Katanya hebat dan berintelek namun termakan berita-berita bohong.
Katanya berjuang mengandalkan akal sehat. Tapi, apa yang terjadi? Malah datang bukan dengan akal sehat. Runtuh berbagai teori ilmu pengetahuan yang dipelajari karena ditindas, ditendes dan ditindis oleh pemegang linggis-linggis kekuasaan, orang-orang yang tak bertanggung jawab.Â
Bangsa membutuhkan kaum intelektual yang mencerdaskan bukan mereka yang bermain tanpa nalar, fakta dan data yang benar.
Gerakan massa dalam demo yang kini kosong di depan mata semakin mengaburkan pandangan bocah itu. Dia bertanya, dimanakah kualitas manusia berdasarkan tingkat pendidikan? Berdemo dengan akal bukan tanpa akal.Â
Jadilah penerang bagi masyarakat dengan wawasan yang membangun bukan meruntuhkan
Presiden Jokowi dalam keterangan pers terkait Undang-undang Cipta Kerja, menjelaskan bahwa tujuan sebenarnya dari pembuatan undang-undang ini adalah demi kepentingan masyarakat itu sendiri.Â
Pemerintah berusaha membangun lapangan pekerjaan sebanyak-banyaknya guna menghentikan pengangguran di pelosok negeri. Tapi sayang, semua hal baik yang direncanakan oleh pemerintah hancur luluh lantah dan berantakan.
Pandemik covid-19 dan demo penolakan undang-undang cipta kerja menjadi pedang bermata dua bisa yang menghancurkan rumah Ibu Pertiwi. Untung saja negara kuat dan tetap mencari jalan keluar mengatasi persoalan ini.
Demo yang terjadi beberapa hari ini sebenarnya telah melanggar protokol yang dibuat pemerintah untuk mengatasi penularan korona. Tapi, usaha tersebut sia-sia belaka. Tugas para medis yang menjadi garda terdepan semakin berat.