Mohon tunggu...
Aten Dhey
Aten Dhey Mohon Tunggu... Penulis - Senyum adalah Literasi Tak Berpena

Penikmat kopi buatan Mama di ujung senja Waelengga. Dari aroma kopi aku ingin memberi keharuman bagi sesama dengan membagikan tulisan dalam semangat literasi.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Langkah Tepat Kampanye Digital

3 Oktober 2020   10:56 Diperbarui: 3 Oktober 2020   10:57 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kampanye terbuka yang melibatkan massa telah "dipetimatikan". Kita tidak perlu berduka. Justru kita perlu mensyukurinya. Dengan dipetimatikannya kampanye terbuka, masyarakat diajak untuk bersolider serta mendukung kehidupan. Caranya selalu memakai masker, menjaga jarak dan mencuci tangan. Ini wajib hukumnya jika ingin sehat dan tetap hidup.

Pemandangan kurang menarik ditampilkan saat proses pendaftaran calon bupati/wakil bupati beberapa waktu lalu. Gelombang massa yang datang tidak terkendali. Mereka mengabaikan protokol kesehatan. Untuk itu, penyelenggara Pilkada mengeluarkan peraturan super ketat bagi proses kampanye.

Pembatasan kampanye di ruang publik melemahkan semangat masyarakat. Tingkat antusiasme publik dalam pesta demokrasi saat ini minim peminat. Semuanya dipengaruhi oleh dekorasi pesta yang kakuh dan kurang menarik. Mereka belum mampu meninggalkan sukacita demokrasi masa lalu yang identik dengan pesta porak, bagi-bagi kaos dan bagi-bagi duit. Narasi politik di ruang publik seperti pasar, pantai, tempat nongkrong, warung, rumah tim sukses, gedung dan lapangan, menjadi sunyi dan sepi.

Ada niat untuk membuka peti mati yang melarang kampanye massa di ruang publik. Tapi sayang, tak seorang pun bisa melakukannya. Pelaku yang berani membukanya akan didenda dan dihukum dengan tegas. Karena itu, tidak ada satu calonpun yang bisa menentang serta mengubah aturan yang ada. Kunci peti mati saat ini berada di tangan penyelenggara Pilkada. Untuk itu, semua orang wajib tunduk pada aturan yang telah ditetapkan.

Para calon harus cekatan membaca peluang ketika kampanye massa di ruang publik ditutup. Tim sukses, mau tidak mau atau suka tidak suka, harus bekerja extraordinary untuk menjaring pendukung. Lantas, siapa sasaran dari jaring politik yang akan mereka bidik? Apa tips yang tepat untuk menarik massa?

Tim sukses harus bisa memancing, menjaring, dan memukat pemilih yang terkonek dalam dunia digital. Literasi digital harus melejit masuk ke gadget warganet. Ketika kampanye politik menyasar masyarakat maya, pemimpin harus membentuk tim pemenangan di publik seluler. Tapi ingat, tidak semua orang bisa menjadi menjadi tim sukses di dunia "klik". Perlu pendekatan dan kerja sama dengan mereka yang kompeten dalam dunia digital.

Tim sukses harus kompeten menggandeng wargatnet yang kompeten berselancar di dunia data. Mereka yang telah mempelajari psikologi publik maya. Mereka yang bermutu, baik dalam wawasan maupun skill. Melalui mereka semua warganet akan simpati.

Warga media sosial pasti antusias menonton video dengan durasi pendek berkualitas. Isi konten harus ringan, unik dan menarik serta sedikit humor. Sebaliknya, tim sukses menghindari konten yang syarat akan nasehat dan janji. Durasi yang bertele-tele dijamin akan basih dan tidak berguna. Tidak berefek. Diskip dari layar seluler.

Dunia digital identik dengan kecepatan. Model kampanye jangan tarik ulur. Pemaparan visi misi tidak boleh membuang banyak waktu. Durasi kampanye berkisar antara setengah atau satu menit. Pemimpin harus siap menjadi "barang dagang" yang diobrak-abrik dalam dunia iklan politik.

Inilah tuntutan demokrasi yang diinginkan publik maya atau warganet. Pemimpin yang jeli membaca peluang akan mendapat ruang dalam kursi kepemimpinan. Jangan tunda lagi. Sasar masyarakat dunia digital sekarang juga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun