Mohon tunggu...
Aten Dhey
Aten Dhey Mohon Tunggu... Penulis - Senyum adalah Literasi Tak Berpena

Penikmat kopi buatan Mama di ujung senja Waelengga. Dari aroma kopi aku ingin memberi keharuman bagi sesama dengan membagikan tulisan dalam semangat literasi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Untukmu Cerpen Pertamaku

27 Juni 2020   00:11 Diperbarui: 27 Juni 2020   00:15 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aten Dhey (Kursus Menulis Cerpen Bersama Bapa Budi Sardjono)

Hari itu Kamis pertama. Biasanya ada pertemuan umum di komunitas. Tepat pukul 15.00 lonceng berdering. Petugas membunyikan lonceng mengitari seluruh ruangan, kecuali lorong formator. Bising sekali. Ingin rasanya berteriak minta agar lonceng segera diakhiri. 

Beberapa kamar mandi sudah berbunyi. Kran air dibuka. Bunyi air kian membahana. Kudekati cermin. Tampak wajahku lusuh dan berantakan. Di atas meja, weker menunjukkan pukul 15.25. Lima menit lagi pertemuan komunitas dimulai. Aku berlari secepat angin ke kamar mandi. Dalam satu menit aku sudah kembali ke kamar. 

"Selamat sore Romo," jawab teman-teman. 

Dengan penuh malu aku masuk ruangan. Kursi bagian belakang semuanya sudah terisi. Aku terpaksa duduk di kursi paling depan. Karena masuk paling akhir, aku diminta untuk memimpin doa. Selesai berdoa, Superior Komunitas membacakan agenda-agenda pertemuan. 

"Enak ni, ada agenda baru," bisikku kepada teman di samping tempat duduk. 

Pertemuan komunitas terus berlangsung. Satu per satu agenda pertemuan dibicarakan. Ide, masukan dan pendapat anggota komunitas dikomunikasi secara bersama-sama. Tibalah pada agenda terakhir tentang rencana kursus liburan. 

"Sekarang kita memasuki agenda terakhir. Kita diminta untuk memilih kursus yang sesuai dengan minat, bakat dan hobi masing-masing. Pertama, kursus public speaking. Tutor yang akan mendampingi adalah team dari Universitas Sanata Dharma. Bagi siapa saja yang berminat silahkan menghunjukkan jari," ungkap Romo Rektor. 

Beberapa teman dengan penuh semangat memilih kursus public speaking ini. Mereka memiliki kemampuan berbahasa yang baik. Aku senang melihat antuasias teman-teman. 

Setelah mencatat jumlah peserta kursus public speaking, Romo Rektor melanjutkan, "Kursus kedua adalah mekanik komputer dan printer. Bagi yang berminat silahkan mendaftar. Kalian akan mengadakan kursus di Warnet Kaliurang."

Hampir seluruh peserta mendaftarkan diri. Aku menanti kursus ketiga. Dua kursus yang sudah disebutkan belum sesuai dengan bakat dan minatku. Aku diam dan mendengar masukan serta arahan dari Romo mengenai apa yang akan dilakukan ketika kursus. 

"Jangan sampai hanya aku saja yang mendaftar di kursus ketiga," ungkapku ragu dalam hati. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun