Riak kebahagiaan itu semakin menderu. Tanpa kusadari wajahmu memenuhi bejana hatiku. Betapa di setiap malam aku larut dalam rindu. Cinta menatap senyummu. Matamu yang jentik sering memenjarakanku. Aku jatuh dalam lamunan yang tak bisa menerangkan tentang keindahan itu.Â
Bahasa nuraniku tak mampu lagi berbisik di ruang cinta. Aku butuh hadirmu. Hanya bayangmu yang kubutuhkan saat ini. Bukan langit dengan segalam panorama indahnya. Bukan laut dengan keindahan alamnya. Engkau yang telah mengubah air mataku menjadi cinta dan bahagia.
Aku rindu menatap bola matamu yang memesona. Tawamu selalu menggerus jarak yang tak bisa kutapaki. Getaran cinta kembali terapung di hati terdalamku. Semua karena engkau memberi sejuta cinta yang tak bisa kubalas dengan semua diri ini.
Aku memang pandai berkata-kata soal rasa dan cinta. Kamu tahu kata apa yang perlu untuk mengimbanginya. Aku bangga bisa mengenalmu lebih jauh meski baru sejengkal tangan. Cinta itu sudah mendalam menusuk ke bilik rindu saat angin tak memberi kabar. Hati merindu dalam rasa dan gelisah.
Aku rindu tawamu. Untaian kata yang selalu menatap sempurna diri ini. Senyum yang selalu menghembuskan harapan. Aku tak bisa berpaling rasa ke lain hati. Cintamu kandan di pelabuhan hatiku. Biarlah semua indah dalam rasamu dan rasaku. Tetaplah memberi harap bagi kata hatiku. Aku cinta padamu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H