Mohon tunggu...
Aten Dhey
Aten Dhey Mohon Tunggu... Penulis - Senyum adalah Literasi Tak Berpena

Penikmat kopi buatan Mama di ujung senja Waelengga. Dari aroma kopi aku ingin memberi keharuman bagi sesama dengan membagikan tulisan dalam semangat literasi.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Memeluk dalam Rasa yang Berbeda

19 Mei 2019   01:36 Diperbarui: 19 Mei 2019   02:02 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Desiran laut memeluk pasir. Basah meresapi nadi terdalam. Ada saat menunjukkan cinta. Dia dihempas jauh ke bentangan pasir. Datang seketika hilang begitu cepat. Menarik dia datang dalam gelombang yang sama. Memeluk dalam rasa yang berbeda.

Gelombang laut menjanjikan cinta yang abadi. Aku bingung di mana janji itu. Tak ada bukti akan luapan kata dalam percikannya. Terkadang menjadi air terkadang menjadi busah. Tragisnya dia terus meresap dalam kerapuhan pasir.

Dari suaranya dia berbisik saat malam. Tak ada yang mampu menghapus airmata itu. Dia butuh penyeka yang mampu menghilangkan janji yang tak abadi. Mungkin di awal hari sinar'kan datang mengisi semuanya.

Sinar dari pelosok malam melingkungi mimpi-mimpi buruk. Semua tersadar saat laut terus bergelombang. Siang dan malam selalu bergerak dalam cinta. Matahari tak bisa melepaskan pelukan laut dan pasir. Saat itu tersadar laut tetap laut namun tak terpisah dari pasir. Di balik kekuatan laut, pasir tetap rapuh.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun