Malam tanpa bintang, itu sudah biasa. Ada awan yang bisa menjadi penghalang. Bisa juga belum musim bagi bintang bertengger di gelap malam. Bintang dan malam bisa saja bersandingan namun mereka tak bisa saling memahami. Malam tetap hitam dalam keberadaannya. Bintang tetap terang dalam dirinya sendiri.
Mereka tak pernah saling suka. Bintang tak pernah mengatakan, "aku suka kamu, wahai malamku." Malam tak pernah membuka hati tuk katakan, "Aku ada rasa untukmu." Mereka berjalan dalam rasa suka yang terpendam. Tak pernah ada rindu di antara mereka. Bintang tak pernah galau. Bulan tak pernah pikiran. Semua berjalan apa adanya.
Sayangnya, manusia tak seperti bintang dan malam. Perasaan cinta selalu ada. Kebutuhan untuk mencintai dan dicintai selalu muncul. Itulah realitas yang tidak bisa disangkal oleh siapa pun.
Perasaan mencintai dan dicintai adalah milik semua orang. Mencintai muncul dari perasaan. Melalui perasaan, cinta menjadi nyata. Dan, perasaan adalah bagian dari hidup yang tidak bisa dipisahkan. Jika ada yang menyalahkan perasaan karena mencintai atau dicintai, dia masih bagian dari bintang dan malam.
Jika perasaan mencintai itu ada, syukurilah. Jangan pernah menyalahkan cinta yang tumbuh. Pada dasarnya rasa tuk mencintai tak pernah salah. Jika menyalahkan perasaan, dia sudah menyangkal dirinya sendiri.
Jika malam dan bintang tak pernah saling memahami, biarkanlah semuanya berjalan apa adanya. Jika perasaan cinta muncul dalam diri, mencintailah dengan sepenuh hati. Cinta memang tak selamanya memiliki. Namun, makna dari mencintai secara total adalah bukti bahwa engkau sudah memilikinya selamanya.
#SepenggalCerpenHidupKu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H