Adzan membahana di langit senja
Rindu terdalam semakin bergelora
Hatiku larut dalam rasa yang lama
Saat kuminta secangkir teh di pagi buta
Hanya suaranya yang bisa mengobati keluh di hati
Sejak kemarin suara hati menyiksa
Tuk pergi ke bilik surga yang kian menyempit
Kebisingan dunia tak hilang suara lembutnya
Apakah dunia benci pada rindu
Sehingga seonggok luka menumpuk di kepala
Meski raga berdiri tegak hati tetap merintih
Menunggu kasih yang kian tak terdengar
Jika jarak membunuh bintang malam
Ada lilin di meja yang menitip doa
Aku tahu kegelisahan yang sama terurai di ujung malam
Menanti anak di tanah rantau
Berkisah tentang malam jauh yang kian mendekati pagi
Mendengar tawa di balik telinga
Obat hati penghilang rindu
Hampir sebulan tak kudengar suara manjanya
Ini saatnya aku berpeluh menepuk dada tuk menyapamu
Jika punya waktu aku mau kembali
Pada rahim yang telah menyuruhku pergi
Aku tahu ada ikatan yang tak mungkin dipisahkan begitu saja
Batinku dan cintamu meronah rinai di tengah desiran kata hati
Malam ini kuingin kembali mendengar
Suara yang mengajarku tersenyum
Marah yang menuntutku menangis
Cinta yang mengotori hati saat tak ada kabar
Mungkin hidup menyita waktu kita
Entahlah aku ingin mendengar suara bahagia
Dari mulut yang pernah kumintai setumpuk jagung
Dari bibir yang membenamku dalam cinta
Dari tangan yang membelai manja sekujur tubuhku
Titip rindu buat mereka di ujung doa malam ini TuhanÂ
Salam, Peace Waelengga
Yogyakarta, 11 Maret 2019
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI