Mohon tunggu...
Aten Dhey
Aten Dhey Mohon Tunggu... Penulis - Senyum adalah Literasi Tak Berpena

Penikmat kopi buatan Mama di ujung senja Waelengga. Dari aroma kopi aku ingin memberi keharuman bagi sesama dengan membagikan tulisan dalam semangat literasi.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Sekeping Jiwa Telanjang

5 Februari 2019   18:46 Diperbarui: 5 Februari 2019   19:12 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jika ada orang bertanya siapakah aku, jangan pernah engkau menjawabnya. Biarkan dia datang dan bertanya padaku. Aku tak mau engkau menghabiskan waktu hanya untukku.

Gunakanlah waktu di hidupmu untuk mengembangkan dirimu. Jangan terlalu merasa risih dengan keadaanku. Pikirkan masa depanmu. Aku tak mau ada duka ketika engkau tak bisa meraih impian. Biarkan dia datang padaku. Arakanlah dia dan pergilah kembali ke jalanmu.

Ketika dia datang, aku tak mau berlama-lama di hadapannya. Aku akan bertanya apa maksud kedatangannya. Semuanya karena aku tak ingin dia kehilangan arah hidup hanya karena aku.

Setelah dia bertanya dan menemukan jawabannya, aku akan menyuruhnya tuk cepat kembali. Pulang pada tujuan hidupnya. Jangan pernah membuang waktu hidupmu hanya untuk bertemu denganku yang tak berguna ini.

Kata orang hidup harus dimulai dari titik awal. Aku ingin setiap orang menggunakan waktu hanya untuk menyempurnakan hidupnya. Ketika ada orang membuang waktu karena aku, secara tidak langsung aku telah meniadakan jalan menuju kesempurnaan hidup.

Waktu secara tidak langsung bisa membentuk manusia pada kesempurnaan hidup. Namun, hal itu hanya akan terjadi jika manusia mampu memanfaatkan waktu yang ada dalam hidupnya.

Mengapa aku menolak kedatangannya? Ketahuilah bahwa aku hanyalah sekeping jiwa telanjang. Aku tak mampu mengenakan seluruh pakaian indah buatan Tuhan di tubuhku. Aku kedinginan dalam rasa malu. Angin sial silih berganti memenjarakan kebebasanku.

Aku tak bisa memakai atribut kesempurnaan yang Tuhan berikan. Aku berharap akan kesempurnaan yang datang dalam bayang-bayang. Semuanya hilang dan tak'kan mungkin kembali.

Jangan lagi berharap padaku. Aku hanyalah sekeping jiwa telanjang yang coba mencari selimut kasih dan sayang. Jika sampai pada waktunya, aku akan mengenakan pakaian yang bisa memberikan kehangatan. Pakaian itu pasti akan kujaga dan kurawat dengan baik.

Aku berjanji akan memberikan pakaian itu kepadamu jika nanti aku mendapatkannya. Engkau pasti akan berbahagia dengan pakaian yang aku berikan. Percayalah padaku. Aku kini tengah berjalan mencari pakaian hidup yang akan menutup sekeping jiwa telanjangku. Aku yakin dia pasti akan kutemukan.

Engkau mungkin merasa iba dengan keadaanku kini. Aku yakin engkau akan membantuku menemukan pakaian itu. Karena kau tak ingin aku kedinginan dalam kepingan tulang yang tak berisi. Aku ingin menerima kehangatan yang tiada taranya. Semoga aku mampu menemukan pakaian kehangatan itu guna menutupi sekeping jiwa telanjangku.

Salam, PEACE WAELENGGA

Yogyakarta, 05 Februari 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun