Mohon tunggu...
atem kornadi
atem kornadi Mohon Tunggu... -

saya seorang mahasiswa di universitas tanjungpura Pontianak.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Stop! Demokrasi Oplosan

9 November 2014   03:15 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:17 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hiruk piruk Pesta demokrasi baru saja terlaksana di Indonesia. Semua rakyak telah menentukan pilihannya untuk memilih pemimpin yang terbaik dari yang baik. Sebagai negara yang menganut paham demokrasi pada hakikatnya negara harus benar-benar memberikan kebebasan kepada rakyat untuk menentukan pilihanya.Pada pemerintahan kekuasaan tertinggi di miliki oleh rakyat, dari rakyat dan juga untuk rakyat, ini berarti rakyat memiliki hak yang istimewa dalam suatu negara.

Tapi kenyataan saat ini Demokrasi Indonesia tampak mulai tergores oleh berbagai kepentingan-kepentingan politik. Banyak hak-hak rakyat yang terabaikan, kekuasaan yang esensinya milik rakyat, namun hanya menjadi sebuah kata belaka yang kenyataannya kekuasaan tetaplah menjadi milik sang penguasa yang cinta kerakusan dengan berdalih pada kepentingan rakyat. Domokrasi indonesia tidak lagi murni tapi sudah menjadi oplosan dengan berbagai tindakan-tindakan yang telah mengabaikan nilai-nilai demokrasi sesungguhnya.

Salah satu fakta ternodainya demokrasi indonesia yakni pada saat Pemilihan umum, baik itu Pemilihan Legislatif yang telah lama berlangsung maupun Pemilihan calon presiden dan wakil presiden yang berlangsun tanggal 9 juli lalu. Pada Masa-masa kampanye banyak terjadi polesan-polesan demokrasi dengan berdalih semua untuk rakyat. Berbagai pencitraan dimunculkan untuk menarik simpatik rakyat, yang jadi permasalahannya ialah ketika rakyat menjadi kehilangan sifat saling mengharagai kebebasan dan hak memilih satu sama lain. Hal ini dipengaruhi oleh banyak faktor, mulai dari pemberitaan yang simpang siur, hingga pembelian hak suara rakyat dengan melakukan money Politic. Pesta demokrasi bukan hanyasebagai pesta, tetapi juga menjadi perang demokrasi yang dibumbui dengan hujatan-hujatan, salah menyalahkan dan berbagai macam pelanggaran-pelanggaran.

Rakyat juga ikut-ikutan latah dalam mendukung calon pemimpin mereka, sikap berlebihan yang menunjukan fanatisme mereka terkadang merugikan orang lain. Hak masing-masing individu tidak begitu dihormati. Saling menyela dan saling melecehkan dengan idealis masing-masing tidak lagi terelakkan, apa yang pantas bagi orang lain, menjadi tidak pantas bagi yang lainnya, masing-masing mencari pembenaran dan melupakan hal dasar bahwa hak individu adalah mutlak bukan sebuah keterpaksaan tapi sebuah kesadaran dan keinginan yang muncul dari diri sendiri.

Maka dari itu sangat diharapkan sekali bahwa demokrasi Indonesia tidak hanya sekedar diucapkan saja, tapi juga dipahami makna demokrasi itu sendiri, bukan demokrasi oplosan tetapi demokrasi murni Indonesia. Saling menghargai setiap hak dan kewajiban individu maupun kelompok di dalam masyarakat, tidak saling menghujat dan saling menyerang untuk membenarkan keinginan sendiri maupun elit politik tertentu yang juga belum terjamin kebenaran. Hentikan memperjualbelikan hak rakyat dengan tindakan-tindakan kotor demi mengejar kekuasaan. Wujudkan demokrasi Pancasila untuk Indonesia.

sorry tulisan lama..baru sempat di upload

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun