Mohon tunggu...
Atasia Fanisa
Atasia Fanisa Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswi

Mahasiswi FISIP Universitas Muhammadiyah Jakarta - Mahasiswi FISIP Universitas Muhammadiyah Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Strawberry Generation: Lemah atau Justru Adaptif?

31 Januari 2025   19:11 Diperbarui: 31 Januari 2025   19:09 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Narasumber 1: Safitri Herra S.Pd
Narasuber 2 : Velda Ardia, S.I,Kom., M.Si
 
Apa manfaat dari belajar Psikologi Komunikasi?
Disisni Psikologi Komunikasi merupakan cabang ilmu yang mempelajari hubungan antara komunikasi dan perilaku manusia. Ilmu psikologi komunikasi ini juga menggabungkan prinsip-prinsip psikologi untuk memahami bagaimana individu menyampaikan, menerima, dan memproses informasi.
Belajar psikologi komunikasi tidak hanya bermanfaat bagi para profesional di bidang komunikasi, tetapi juga relevan bagi siapa saja yang ingin meningkatkan keterampilan interpersonal dan pemahaman terhadap orang lain.
Disini George A. Miller mengartikan psikologi komunikasi sebagai ilmu yang berusaha menguraikan, meramalkan dan mengendalikan peristiwa mental dan behavioral (perilaku) dalam komunikasi.
Didalam lingkup psikologi juga terdapat beberapa komunikasi, salah satunya yaitu:
1. Persepsi Komunikasi
Persepi komunikasi diartikan sebagai tahapan seseorang ataupun kelompok dalam memahami lingkungan sekitarnya lewat pancaindera.
 
2. Emosi dalam Komunikasi
Emosi memengaruhi pikiran tentang bagaimana cara kita untuk merespons dan cara kita untuk berinteraksi.
 
3. Motivasi dalam Berkomunikasi
Dengan berbicara atau berkomunikasi, kita bisa melihat apa yang jadi motivasi seseorang.
 
4. Komunikasi Interpesonal
Ruang lingkup satu ini fokus pada sistem yang mengupas proses persepsi secara interpersonal. Dalam hal ini termasuk konsep diri, korelasi interpersonal, dan atraksi interpersonal.
 
Didalam psikologi komunikasi memiliki tujuan dimana pencapaian efektivitas komunikasi. Artinya, ketika seseorang memahami dengan baik psikologi komunikasi mereka mampu menganalisis komponen lawan bicara saat komunikasi. Hal tersebut tentunya mampu membuat komunikasi lebih efektif.
Belajar psikologi komunikasi bukan hanya tentang meningkatkan kemampuan berbicara, tetapi juga memahami manusia secara lebih mendalam. Dengan menguasai ilmu ini, kita dapat menjadi komunikator yang lebih efektif, empati dan berpengaruh, baik dalam kehidupan pribadi maupun profesional. Karena komunikasi adalah kunci dari berbagai aspek kehidupan, manfaat mempelajari psikologi akan selalu releva dan berharga.
 
Selanjutnya, disini kita akan membahas tentang "Memecah Stereotip Strawberry Generation"
Di era modern ini, generaasi muda sering kali diberi label sebagai "Strawberry Generation" istilah tang dimana menggambarkan mereka sebagai kelompok yang menarik dari luar, tetapi dianggap rapuh dan mudah hancur ketika menghadapi tekanan.
Stereotip ini tidak hanya meremehkan kemampuan generasi muda dalam mengatasi tantangan, tetapi juga menciptakan stigma terhadap isu kesehatan mental yang mereka hadapi.
Melalui kampanye Beyond Labels, kita diajak untuk melihat lebih jauh, melampaui prasangka dan stereotip yang sering disematkan pada generasi muda. Kampanye ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran tentang pentingnya kesehatan mental, sekaligus mematahkan anggapan bahwa kerentanan adalah kelemahan. Sebaliknya, kampanye ini menekankan bahwa keberanian untuk berbicara tentang kesehatan mental adalah tanda kekuatan sejati/
Melalui edukasi, dialog dan dukungan, Beyond Labels ingin memberdayakan generasi muda untuk berdiri di atas stigma dan membuktikan bahwa mereka lebih dari sekedar label "Strawberry Generation".
Generasi strawberry adalah istilah yang menggambarkan generasi muda saat ini. Mereka pada umumnya penuh ide dan kreativitas, tetapi mudah goyah di bawah tekanan, layaknya buah strawberry yang tampak indah namun mudah hancur jika diinjak.
Menurut ycabfoundation.org, istilah ini pertama kali muncul di Taiwan pada tahun 80-an. Generasi Strawberry yang terlihat bagus dari luar, tetapi mudah memar. Artinya mereka sering menyerah saat menghadapi tekanan sosial.
Didalam buku Prof, Rhenald Kasali yang berjudul Strawberry Generation ini menggambarkan generasi ini sebagai kelompok yang memiliki banyak ide brilian dan tingkat kreativitas yang tinggi. Namun, mereka sering dianggap mudah menyerah, gampang terluka, lamban, egois dan pesimis terhadap masa depan.
Terdapat beberapa penyebab adanya "Generasi Stowberry" yaitu:
1. Pola asuh orang tua
2. Tercandu oleh canggihnya teknologi
3. Diagnosa diri dini menganggap dirinya paling tersakiti padahal hanya fikirannya
4. Karakteristik generasi (dibentuk oleh lingkungan)
 
 
 
Didalam artikel ini kita akan mengupas lebih jauh ciri-ciri generasi strawberry, baik yang mengacu pada stereotip negatif maupu sisi positif yang sering terlewatkan. Mungkin ada ciri-ciri yang sebenarnya menunjukkan kekuatan unik mereka ditengah tantangan zaman, diantaranya adalah:
1. Adapatasi yang baik dengan perkembangan zaman
2. Pintar menciptakan gagasan baru
3. Toleran terhadap bedanya gagasan
4. Kurang fokus dan tidak bertanggung jawab
5. Rapuh terhadap tekanan hidup, cengeng
6. Mencintai zona nyaman, sulit bertidak
Dampak yang akan terjadi kedepannya adalah tidak bisa mandiri dan menjadi pribadi yang ingin dipahami serta rapu dalam menangani permasalahan berat. Tidak acuh dengan norma yang berlaku, tidak bisa menetapkan sebuah keputusan, mudah frustasi dan menyebabkan bunuh diri.
Cara penaggulangannya sendiri yaitu dengan:
1. Menanamkan jati diri dan ketangguhan sejak dini
2. Memberikan kesempatan dan kepercayan untuk menangani sebuah permasalahan
3. Memberikan apresiasi di setiap langkah prosesnya
Untuk cara lain disini juga para orang tua dapat melibatkan anak dalam aktivitas sosial, mendukung serta mendampingi dalam meghadapi kesulitan dan memberikan penjelasan untuk lebih dekat kepada penciptanya.
Memecah stereotip "Strawberry Generation" bukan hanya tentang mengubah cara pandang masyarakat, tetapi juga memberdayakan generasi muda untuk membuktikan bahwa mereka jauh lebih kuat daripada label yang diberikan. Dibalik anggapan rapuh, generasi ini memiliki potensi besar untuk beradaptasi, berinovasi dan menciptakan perubahan, terrutama dalam menghadapi dunia yang terrus berkembang.
Dengan mengedepankan empati, dialog terbuka dan dukungan terhadap kesehatan mental, kita dapat menciptakan lingkungan yang memberdayakan bukan menghakimi. Genarasi muda bukanlah generasi yang lemah, mereka adalah generasi yang berani menunjukkan sisi manusiawi mereka, termasuk kerentanan dan menggunakan itu sebagai kekuatan. Sudah saatnya kita melihat merekaa bukan melalui stereotip, tetapi dengan memahami perjuangan dan kontribusi mereka secara lebih mendalam.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun