Di Bawah Langit Perantauan
(Atanshoo)
Di bawah langit perantauan, aku termenung
Menatap awan yang berarak, serupa rindu yang tak kunjung
Sampai di tanah kelahiran, di mana aku berpijak
Meninggalkan jejak kaki, di tanah yang tak asing lagi.
Di sini, aku merajut mimpi, dengan tangan yang gemetar
Berharap asa tak sirna, ditelan kenyataan yang pahit
Berjalan di atas jalanan yang tak dikenal
Mencari arah dan tujuan, di tengah keramaian yang tak bersahabat.
Rindu pada kampung halaman, selalu menghantui
Pada wajah ibu yang teduh, dan ayah yang sedikit senyum
Pada tawa sahabat karib, dan kenangan masa kecil
Yang kini terasa begitu indah, dan tak tergantikan.
Namun, aku takkan menyerah, pada kerasnya kehidupan
Aku akan terus berjuang, demi masa depan yang lebih baik
Walaupun air mata berlinang, dan rasa lelah tak tertahankan
Aku akan tetap melangkah, di bawah langit perantauan.
Di sini, aku belajar arti hidup, yang tak selalu mudah
Di sini, aku belajar arti mandiri, yang tak selalu bersandar
Di sini, aku belajar arti rindu, yang tak selalu terobati
Di sini, aku belajar arti cinta, yang tak selalu terbalaskan.
Dan di sini, aku belajar bahwa tak selamanya nasi goreng itu cokelat, asin dan enak.
Ada juga yang merah merona semerbak bau bawang dan cabai di hidung.
Di bawah langit perantauan, aku menemukan diriku
Yang tak sekuat yang kubayangkan, namun tak selemah yang kusangka
Yang penuh dengan kekurangan, namun tak henti-hentinya berusaha
Yang selalu berharap, pada hari esok walau mungkin lebih susah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H