Mohon tunggu...
Atanshoo
Atanshoo Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

Hobi membaca dan sesekali menulis.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Isu Kebudayaan Terpinggirkan pada Debat Capres Kelima, Bagaimana Nasibnya?

5 Februari 2024   20:10 Diperbarui: 5 Februari 2024   20:33 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Debat Capres Kelima - KOMPAS.id/RONY ARIYANTO NUGROHO 

 Dilansir dari Kompas.id - Terdapat ketidakfokusan pada isu kebudayaan dalam debat terakhir calon presiden Pemilu 2024, yang digelar di Jakarta Convention Center pada tanggal 4 Februari 2024. Anies Baswedan, Prabowo Subianto, dan Ganjar Pranowo, ketiganya cenderung lebih sering membahas kesehatan, pendidikan, ketenagakerjaan, dan teknologi informasi daripada menggarap isu kebudayaan.

Dekan Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, Bondan Kanumoyoso, menilai bahwa gagasan yang disampaikan oleh ketiga calon presiden hanya bersifat permukaan dan kurang mendalam. Menurutnya, perdebatan terutama terpaku pada seni budaya, sedangkan kebudayaan seharusnya mencakup aspek yang lebih luas, termasuk pola hubungan dalam aktivitas sehari-hari. Bahkan, isu-isu mendasar seperti infiltrasi budaya dan dampak disrupsi teknologi terhadap budaya lokal kurang dibahas secara memadai.

Pertanyaan dari panelis mengenai pandangan terhadap komersialisasi budaya dan dampak destruktif terhadap tumbuhnya kebudayaan yang responsif dibacakan oleh moderator. Prabowo, sebagai calon presiden, berencana untuk mendukung pelaku budaya di semua bidang dengan mengalokasikan dana abadi kebudayaan. Ganjar menekankan peran birokrat dalam memfasilitasi kegiatan budaya, sementara Anies menyoroti pentingnya kebudayaan dalam seluruh sektor pembangunan dan mengusulkan pembentukan kementerian kebudayaan.

Meskipun pemaparan ketiga capres dinilai kurang mendalam terkait isu kebudayaan, Bondan menyatakan bahwa masih ada harapan bagi presiden terpilih untuk mengembangkan peta jalan pembangunan berbasis kebudayaan. Menurutnya, pemimpin tidak harus menguasai semua hal, tetapi harus memahami bidang yang perlu didalami, termasuk kebudayaan.

Kesadaran pemimpin tentang pentingnya kebudayaan dianggap krusial oleh Bondan, dan dia berharap kesadaran tersebut dapat diamplifikasi. Pelaku kebudayaan di tingkat lokal juga menyoroti pentingnya dukungan operasional dan pendampingan teknis agar dapat beradaptasi dengan perkembangan teknologi. Harapannya adalah agar pemimpin yang akan datang lebih peduli terhadap pelestarian kebudayaan di seluruh Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun