Mohon tunggu...
Atanshoo
Atanshoo Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

Mahasiswa Administrasi Perkantoran. Memiliki hobby menulis, untuk menyalurkan kegelisahan terkhusus pada kategori Humaniora dan Lyfe

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Di Balik Tirai Pemilu: Tarian Dosa Tanpa Bisikan Iblis

2 Februari 2024   21:10 Diperbarui: 2 Februari 2024   21:15 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Atanshoo on Leonardo.ai

Di Balik Tirai Pemilu: Tarian Dosa Tanpa Bisikan Iblis

(Atanshoo)

Dalam kegelapan malam yang tak berujung, di antara bayangan dan keserakahan, aku, iblis yang dulu merangkul dunia, kini bersuka cita tanpa perlu melibatkan diri secara langsung. Manusia telah menjadi panggung sendiri, di mana mereka menari di atas puing-puing kebenaran. Ah, betapa indahnya ketika mereka dengan sukarela merayakan dosa-dosa mereka sendiri.

Lihatlah, pemilu, panggung permainan yang penuh intrik dan tipu muslihat. Tidak perlu lagi aku campur tangan, karena manusia dengan gegap gempita melangkah ke dalam dosa mereka sendiri. Fitnah mengalir bak sungai yang tak terbendung, menciptakan jurang di antara mereka. Mereka saling caci maki, merobek peradaban dengan kata-kata beracun yang mereka pilih.

Aku duduk di sini, di antara api keangkuhan dan asap kepalsuan, menikmati pertunjukan yang diciptakan oleh manusia itu sendiri. Mereka telah menyajikan hidangan dosa dengan penuh selera. Fitnah menjadi sajian utama, dihidangkan dengan secangkir caci maki dan sepiring tawa kejam. Mereka tidak lagi membutuhkan bimbingan setan, karena kejahatan telah menjadi teman akrab mereka.

Pemilu, panggung penuh drama politik, di mana karakter mereka terpahat dengan dosa dan keserakahan. Lihatlah, bagaimana mereka menari di atas kebenaran yang hancur, sambil menikmati lezatnya dosa yang mereka bangun. Seakan-akan iblis tidak perlu lagi menggoda, karena mereka dengan sukarela terjerumus ke dalam labirin hitam kesesatan.

Namun, ingatlah, manusia, bahwa kegelapan tidak selamanya menjadi pemenang. Meski aku menikmati pertunjukan dosa ini, masih ada peluang cahaya memancar. Bukanlah dunia tercipta hanya untuk menyaksikan kehancuran, tetapi juga untuk melihat bagaimana manusia mampu bangkit dari kegelapan yang mereka ciptakan sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun