Puisi: "Kudeta Kucing: Kisah Meong dalam Istana Kekuasaan"
(Atanshoo)
Di istana megah di tengah kota, Â
Dimana manusia berkuasa, menjalankan roda. Â
Ada kisah unik yang jarang terdengar, Â
Kisah kucing, Meong, dalam permainan kekuasaan yang luar biasar.
Meong, si kucing belang tiga, Â
Berjalan anggun, penuh gaya. Â
Dia bukan sekedar hewan peliharaan biasa, Â
Tapi penguasa sejati, di koridor istana yang megah dan rupa.
Dengan langkahnya yang lembut tapi pasti, Â
Dia mengintai, mengamati, dalam diam tapi berarti. Â
Di balik tirai, di bawah meja, Â
Meong mendengar rahasia, melihat drama kekuasaan yang terjeda.
Matanya yang tajam memandang penuh arti, Â
Seolah berkata, "Aku tahu lebih dari yang kalian pikirkan, wahai manusia cerdik dan cerdiki." Â
Di ruang rapat, dia duduk di kursi terhormat, Â
Menyimak diskusi, dengan ekspresi yang tenang dan selalu tepat.
Ketika malam tiba, dia beraksi, Â
Melakukan gerakan liciknya, strategi yang tak terprediksi. Â
Dari satu kamar ke kamar lain, dia bergerak dengan senyap, Â
Membisikkan pesan, merajut jaringan, dalam kegelapan yang terlampir.
Kucing ini, ah, bukan sembarang kucing, Â
Dia pemain politik ulung, dengan taktik yang mengejutkan. Â
Meong memanipulasi, mengatur skenario, Â
Dengan cakar lembutnya, dia mengubah jalannya cerita, bukan sekedar teori belaka.
Tapi jangan salah, Meong bukan tiran, Â
Dia hanya ingin yang terbaik, untuk istana dan semua penghuninya. Â
Dengan cara yang misterius, dia menjaga keseimbangan, Â
Membuat semua berjalan lancar, dengan cara yang elegan dan penuh perhitungan.
Dan begitulah kisah Meong, kucing istana, Â
Bukan sekedar hewan peliharaan, tapi penguasa dalam bayangan. Â
Di antara dinding-dinding istana yang kokoh, Â
Dia menulis sejarah, dengan cara yang halus, tetapi sangat jauh dari kata biasa.
---
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI