Mohon tunggu...
Atanshoo
Atanshoo Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

Mahasiswa Administrasi Perkantoran. Memiliki hobby menulis, untuk menyalurkan kegelisahan terkhusus pada kategori Humaniora dan Lyfe

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Hujan, Kau, dan Payung yang Terlupa

20 Januari 2024   19:04 Diperbarui: 20 Januari 2024   19:05 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gil Ribeiro on Unsplash

Hujan datang, langit menangis riang,
Kau dan aku, di bawah atap yang sama berlindung.
Tak ada payung, tak ada rencana,
Hanya ada kita, dan tawa yang mengalir tanpa cela.

Kau dengan rambut basah, mata berbinar,
Aku dengan sepatu kuyup, hati berdebar.
Cerita lama kita ulang, di antara gemericik hujan,
Di sana, di halte bus, waktu seolah tak ingin lari larian.

"Ingat payungmu," katamu waktu itu,
Tapi hari ini, payung itu terlupa.
Mungkin sengaja, atau hanya takdir semata,
Yang jelas, hujan membawa kita ke cerita yang sama.

Payung biru, cerita kita,
Di bawahnya, canda tawa selalu bersembunyi.
Tapi hari ini, tanpa payung, hanya hujan dan kita,
Kisah cinta sederhana, di antara tetes yang turun tanpa undangan.

Di halte bus, kau dan aku, dan hujan yang jadi saksi,
Cinta tak selalu butuh kata, cukup tatapan yang berbicara.
Di antara tetes hujan, rasa ini semakin jelas terpatri,
Hujan, kau, dan payung yang terlupa, cerita cinta yang tak pernah usai.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun