Mohon tunggu...
Atanshoo
Atanshoo Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

Hobi membaca dan sesekali menulis.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Tugas Badut Hanyalah Menghibur Bukan Untuk Memiliki

18 Januari 2024   07:00 Diperbarui: 18 Januari 2024   07:14 1046
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Zachary Kadolph on Unsplash

Sebagai Badutmu satu-satunya, aku menulis dari balik topeng kesedihanku, menyibak tirai perasaan yang telah lama ku pendam. Aku adalah orang yang selalu ada, siap dengan senyum dan tawa, menari di tepi panggung cinta yang tak pernah menjadi milikku.

Setiap kata yang kutuliskan adalah lantunan dari hati yang tersembunyi, suara dari dalam hati yang jarang didengar. Aku mencintai dalam diam, menghibur tanpa pamrih, selalu menjadi teman yang siaga di saat kau kesepian, tapi selalu kau buang ketika keramaian datang kembali kepadamu.

Di dalam cerita ini, aku bukanlah pahlawan. Aku adalah pelengkap, seniman bayang-bayang yang karyanya tidak pernah dikenal. Aku berbagi canda, mengusap air mata, dan menyebarkan tawa, sambil menyimpan patah hati di balik topeng yang entah kapan sudah menjadi bagian dariku.

Aku tahu, di dunia ini, tidak semua cinta harus memiliki. Kadang, cinta terbesar adalah membiarkan orang yang kita cintai bahagia, meski itu berarti tanpa kita. Itulah pelajaran yang kuberikan melalui kata-kataku, sebuah ode untuk cinta yang tak pernah terucap.

Namun, di balik pena ini, aku juga manusia. Aku memiliki mimpi, harapan, dan rasa sakit. Aku menulis bukan hanya untuk mengungkapkan perasaan, tapi juga untuk menyembuhkan luka di dalam hati. Aku percaya, suatu hari nanti, akan ada seseorang yang membaca baris-baris ini dan melihatku lebih dari sekadar Badut Hati.

Sampai saat itu tiba, aku akan terus menulis, terus mencintai dari kejauhan, menjadi teman yang setia, walau hanya dari bayang-bayang. Aku adalah Badut Hati, penulis cinta yang tak pernah berakhir, pelukis perasaan yang tak pernah pudar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun