Mohon tunggu...
Atanshoo
Atanshoo Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

Mahasiswa Administrasi Perkantoran. Memiliki hobby menulis, untuk menyalurkan kegelisahan terkhusus pada kategori Humaniora dan Lyfe

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Puisi: Aku, Kau, dan Stasiun Prujakan

16 Januari 2024   21:09 Diperbarui: 18 Januari 2024   20:11 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Charlotte on Unsplash

Aku, Kau, dan Stasiun Prujakan

(Atanshoo)

Di Stasiun Prujakan kita berdiri,  
Aku dan Kau, dua hati berbadi.  
Langit biru menaungi perpisahan,  
Kisah cinta kita, manis namun pilu.

Kau, bunga hatiku, menangis pelan dipundak kokoh ini,  
Air mata jatuh bagai mutiara hujan nan suci.  
"Harus kembali merajut rindu," ucapmu lirih,  
Mengulang hari tanpa aku, yang selalu dekat denganmu.

Aku, sang raja, hanya bisa tertawa,  
Melihat wajah lucumu yang basah.  
Bukan tawa kejam, tapi tawa cinta,  
Untuk menghibur hati yang sebentar lagi rindu.

Kereta Matarmajan menunggu,  
Aku harus kembali ke Solo,  
Meninggalkanmu di sini,  
Dengan kenangan dan janji setia.

Pandanganmu sembab, namun penuh harap,  
"Kita akan bertemu lagi, tenang saja." bisikku lembut.  
Meski berpisah, cinta kita takkan luntur,  
Jarak hanya ujian, bukan penghalang.

Saat kereta bergerak perlahan,  
Kau melambaikan tangan, penuh keberanian.  
Aku membalas dengan mengidupkan flash HP, karena kamu rabun jauh.  
Perpisahan ini hanya sementara, meski aku sadar ini akan terasa berat.

Kita berdua, terpisah oleh ruang,  
Namun cinta kita tetap satu, tak berubah.  
Di Stasiun Prujakan, saksi bisu janji-janji kami,  
Aku dan Kau, terpisah tapi tak terbelah.

Perjalanan ke Solo, penuh renungan,  
Kenangan bersamamu menghiasi pikiran.  
Setiap detik tanpamu seperti tahunan rindu,  
Namun cinta kita, bagai pohon, semakin tumbuh dan kuat.

Kau di sana, aku di sini,  
Menyimpan rindu di balik senyuman dan air mata.  
Kerinduan ini, bagai benang tak kasat mata,  
Menyatukan hati kita yang terpisah oleh jarak.

Kisah kita, bukan sekedar tentang perpisahan,  
Tapi tentang cinta yang teruji dan kekuatan.  
Di Stasiun Prujakan, kita berjanji,  
Cinta kita akan bertahan, melewati setiap rindu dan bersemi kembali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun