Aku, Kau, dan Stasiun Prujakan
(Atanshoo)
Di Stasiun Prujakan kita berdiri, Â
Aku dan Kau, dua hati berbadi. Â
Langit biru menaungi perpisahan, Â
Kisah cinta kita, manis namun pilu.
Kau, bunga hatiku, menangis pelan dipundak kokoh ini, Â
Air mata jatuh bagai mutiara hujan nan suci. Â
"Harus kembali merajut rindu," ucapmu lirih, Â
Mengulang hari tanpa aku, yang selalu dekat denganmu.
Aku, sang raja, hanya bisa tertawa, Â
Melihat wajah lucumu yang basah. Â
Bukan tawa kejam, tapi tawa cinta, Â
Untuk menghibur hati yang sebentar lagi rindu.
Kereta Matarmajan menunggu, Â
Aku harus kembali ke Solo, Â
Meninggalkanmu di sini, Â
Dengan kenangan dan janji setia.
Pandanganmu sembab, namun penuh harap, Â
"Kita akan bertemu lagi, tenang saja." bisikku lembut. Â
Meski berpisah, cinta kita takkan luntur, Â
Jarak hanya ujian, bukan penghalang.
Saat kereta bergerak perlahan, Â
Kau melambaikan tangan, penuh keberanian. Â
Aku membalas dengan mengidupkan flash HP, karena kamu rabun jauh. Â
Perpisahan ini hanya sementara, meski aku sadar ini akan terasa berat.
Kita berdua, terpisah oleh ruang, Â
Namun cinta kita tetap satu, tak berubah. Â
Di Stasiun Prujakan, saksi bisu janji-janji kami, Â
Aku dan Kau, terpisah tapi tak terbelah.
Perjalanan ke Solo, penuh renungan, Â
Kenangan bersamamu menghiasi pikiran. Â
Setiap detik tanpamu seperti tahunan rindu, Â
Namun cinta kita, bagai pohon, semakin tumbuh dan kuat.
Kau di sana, aku di sini, Â
Menyimpan rindu di balik senyuman dan air mata. Â
Kerinduan ini, bagai benang tak kasat mata, Â
Menyatukan hati kita yang terpisah oleh jarak.
Kisah kita, bukan sekedar tentang perpisahan, Â
Tapi tentang cinta yang teruji dan kekuatan. Â
Di Stasiun Prujakan, kita berjanji, Â
Cinta kita akan bertahan, melewati setiap rindu dan bersemi kembali.