Romantisme Ayah
(Atanshoo)
Di balik raut wajahnya yang serius dan kata-katanya yang kadang kaku, tersembunyi sebuah romantisme yang tak semua mata bisa melihat. Ayah, sosok tegar yang menjadi tiang utama dalam kehidupan keluarga, ternyata memiliki cara tersendiri dalam mengekspresikan kasih sayangnya, sebuah romantisme yang unik dan mendalam.
Romantisme ayah tidak terlihat dari buket bunga atau puisi cinta. Ia terpatri dalam kebiasaan-kebiasaan kecil yang mungkin sering terlewatkan. Seperti saat ia menanyakan kabar kita melalui ibu, sebuah pertanyaan yang sederhana namun menyimpan kepedulian. "Bagaimana sekolahnya?" tanya ayah melalui ibu, seolah menyimpan rasa ingin tahu yang besar tentang dunia anak-anaknya, namun menyembunyikannya di balik topeng ketegasan.
Romantisme ayah juga tergambar dalam cara dia memperhatikan kita. Bukan dengan pelukan hangat atau kata-kata lembut, melainkan melalui nasihat-nasihat tegas dan kadang keras. "Katakan pada dia, jangan pulang terlalu malam," ujarnya kepada ibu. Ayah mungkin tidak mengucapkannya langsung, tapi di balik setiap teguran dan nasihatnya, tersimpan kecemasan dan kasih sayang yang tak terhingga.
Ayah juga adalah sosok yang paling kuat, yang selalu tampak tegar di hadapan siapa pun. Jarang sekali kita melihat air mata mengalir dari sudut matanya. Namun, ayah juga manusia yang memiliki perasaan. Di saat kesendirian, ketika hujan turun membasahi bumi, terkadang ia menangis bersama hujan. Air matanya bercampur dengan titik-titik hujan, sebuah momen langka dimana ia membiarkan perasaannya terungkap, jauh dari pandangan mata kita.
Romantisme ayah mungkin tidak seindah dalam film-film atau novel-novel romantis. Namun, keunikannya terletak pada ketulusan dan keaslian cara ia menunjukkan cintanya. Dalam setiap teguran, kekhawatiran, dan cara uniknya memperhatikan, tersimpan sebuah kasih sayang yang mendalam. Ayah mungkin tidak sering mengatakan "Aku cinta kamu," namun setiap tindakannya adalah sebuah puisi cinta yang tak pernah usang dimakan waktu.
Inilah romantisme ayah, sebuah bentuk kasih sayang yang tidak terucap namun selalu terasa, menyelimuti kita dengan kehangatan yang tak tergantikan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H