Mohon tunggu...
Hendrikus Atagoran
Hendrikus Atagoran Mohon Tunggu... -

Saya adalah karyawan swasta yang giat dalam pergerakan melawan ketidakadilan khususnya wilaya Indonesia Timur

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Badut, Sinterklas, Penjual Obat Berkeliaran

12 Maret 2014   20:27 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:00 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Menjadi hal yang biasa ketika menekati event Pemilihan Legislatif, terkesan para caleg seolah-olah baru melek kalau mereka dihadapkan pada situasi yang mencekam. Nasib sebagai anggota dewan (Incumbent) ditentukan saat pemilihan. Karena itu tidak mengherankan, ketika mendekati even pileg, para caleg berlomba dan bahkan tanpa rasa malu “cekcok” tanpa dasar dan alasan yang jelas hanya untuk satu tujuan yakni memenangkan hati masyarakat. Pemandangan lima tahunan ini menjadi tontonan yang menarik dan menggelikan. Seperti penjual obat-obatan atau para marketing menjajakan barang dagangannya, begitu pula terjadi dengan para caleg. Menjual program, mengumbar janji, yang kadang tidak dapat diterima oleh akal sehat tapi karena nafsu yang tinggi, para caleg rupanya tak menyadari kalau janjinya adalah hal yang mustahil untuk ditepati.

Lagi-lagi kelakukan para caleg sepintas seperti badut-badut jalanan yang mencoba mengais rezeki dari kerumunan anak-anak kecil yang sedang girangnya bermain. Tapi apa boleh buat, semua cara dilakukan untuk sebuah kekuasaan. Seolah tanpa rasa malu, dan bahkan ada yang mengatakan bahwa para caleg urat malunya putus, dan selalu menyuguhkan lelucon yang basi dengan kemasan baru. Memang terlihat menjijikan kelakuan para calg yang mencoba merebut hati masyarakat dengan berbagai tipu muslihat. Tapi semuanya harus diterima sebagai sebuah zaman yang dapat dikategorikan zaman edan.

Pesta Demokrasi pun selalu dihiasi dengan kehadiran sinterklass. Pra caleg sekejap menyulap dirinya menjadi sinterklas yang memiliki kemampuan untuk membagi-bagikan uang atau barang lainnya juga untuk tujuan yang sama yakni merebut hati pemilih. Sinterklas pun akan lenyap seiring usainya pesta demokrasi.

Pengalaman-pengalaman menarik yang patut ditertawain namun asyik juga untuk ditonton sebagai sebuah hiburan. Dari pengalaman yang ada bersyukur bahwa masih banyak juga caleg kita yang masih memiliki nurani untuk mengabdi kepada konstituennya. Tetapi, yang menjadi persoalan adalah para caleg “putih” menjadi tenggelam dengan kehadiran caleg karbitan. Masyarakat juga menjadi silau dengan kehadiran caleg gelap karena yang disampaikan adalah mimpi-mimpi muluk yang sudah dapat dipastikan takan bisa direalisasikan. Namun dengan karakter wibawa palsu para caleg hitam masyarakat juga kadang terjerumus dengan janji manisnya sehingga pilihannya selalu jatuh pada orang yang tidak tepat.

Karena akan ada badut, sinterklas, dan penjual obat yang berkeliaran hingga 9 April 2014 nanti tuga generasi muda yang masih peduli akan nasib masyarakat untuk bisa memberikan penyadaran dan pencerahan politik kepada keluarga dekat dan masyarakat lainnya agar tidak terjerumus dalam lubang yang sama. Pilihan harus tepat agar nasib lima tahun ke depan dapat menjadi harapan semua orang untuk kehidupan yang lebih baik.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun