Pendahuluan
     Bayangkan sebuah dunia tanpa matematika. Tidak ada angka untuk menghitung, tidak ada rumus untuk memahami alam semesta, dan tidak ada logika untuk menyusun peradaban. Matematika telah menjadi fondasi dari hampir setiap aspek kehidupan kita. Namun, bagaimana dengan akhirat? Apakah manusia masih akan ditanya tentang ilmu yang satu ini saat menghadap Sang Pencipta? Artikel ini mengajak Anda merenungkan posisi matematika, bukan hanya sebagai alat duniawi, tetapi juga sebagai bagian dari perjalanan spiritual manusia.
Matematika Sebagai Ilmu Duniawi
Matematika adalah salah satu ilmu pengetahuan yang memiliki peran penting dalam kehidupan manusia. Mulai dari menghitung keuangan, merancang bangunan, hingga menciptakan teknologi canggih, matematika tidak dapat dilepaskan dari kehidupan sehari-hari.
Matematika adalah ilmu yang berakar pada logika dan angka. Dalam kehidupan sehari-hari, ilmu ini digunakan untuk menyelesaikan berbagai persoalan praktis, seperti menentukan anggaran rumah tangga, menghitung jarak perjalanan, atau merancang sistem teknologi modern. Fungsi matematika adalah untuk mempermudah kehidupan manusia di dunia, menjadikannya salah satu pilar peradaban.
Namun, fungsi matematika ini bersifat duniawi. Di akhirat, perhitungan yang diutamakan bukanlah perhitungan angka, melainkan amal perbuatan manusia. Hal ini menimbulkan perbedaan mendasar antara pentingnya matematika di dunia dan di akhirat.
Pandangan Agama terhadap Ilmu Pengetahuan
Dalam ajaran agama, menuntut ilmu, termasuk matematika, adalah bagian dari ibadah. Sebuah hadis Rasulullah SAW menyatakan, "Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap Muslim" (HR. Ibnu Majah). Ilmu pengetahuan, termasuk matematika, adalah sarana untuk memahami ciptaan Allah dan menjadi khalifah di bumi.
Namun, ilmu pengetahuan, termasuk matematika, tidak menjadi fokus utama di akhirat. Di sana, manusia akan dimintai pertanggungjawaban atas amal perbuatannya, bukan atas pengetahuan teknisnya. Meskipun demikian, ilmu yang dipelajari di dunia dapat menjadi bekal untuk berbuat kebaikan yang berdampak pada kehidupan akhirat.
Perspektif Akhirat
Di akhirat, segala sesuatu diukur berdasarkan amal baik dan buruk yang telah dilakukan manusia selama hidupnya. Perhitungan di akhirat bukanlah perhitungan matematis, melainkan metaforis, berfokus pada keadilan ilahi. Al-Qur'an menggambarkan hal ini dalam Surat Al-Zalzalah ayat 7-8: "Barang siapa yang mengerjakan kebaikan sebesar zarah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan sebesar zarah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya."