Mohon tunggu...
Asyraf al Faruqi
Asyraf al Faruqi Mohon Tunggu... Lainnya - untuk menulis

Just do it.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Problematika Sosial di Tengah Pandemi Covid-19

12 April 2020   19:51 Diperbarui: 12 April 2020   19:53 805
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Coronavirus Disease 2019 atau COVID-19 adalah penyakit baru yang dapat menyebabkan gangguan pernapasan dan radang paru. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2). Gejala klinis yang muncul beragam, mulai dari seperti gejala flu biasa (batuk, pilek, nyeri tenggorok, nyeri otot, nyeri kepala) sampai yang berkomplikasi berat (pneumonia atau sepsis). Pandemi koronavirus di Indonesia diawali dengan temuan penderita penyakit koronavirus 2019 (COVID-19) pada 2 Maret 2020.

Pandemi ini tentu memiliki efek samping terhadap semua sector di sebuah negara, khususnya di Indonesia. Dari mulai ekonomi sosial, politik, pendidikan, kesehatan, dll. Tentunya problematika sosial sangatlah besar terkena dampaknya jika pemerintah pusat dan daerah tidak mampu dengan tegas, cepat, dan siap dalam menangani pandemi ini. 

Indonesia terbilang sebagai sebuah negara yang lambat dalam menangani kasus ini, banyak ungkapan pejabat pemerintahan meremehkan pandemi ini diawal-awal, masalah ini seakan ditutup-tutupi oleh pemerintah. Di tengah pandemi virus corona, Indonesia mencatat jumlah 'fatality rate', atau tingkat kematian, tertinggi di dunia. Sejumlah ilmuwan Indonesia berusaha membaca angka-angka dari data yang mereka dapatkan untuk memproyeksi dan mengantisipasi situasi ke depan yang diperkirakan puncak dari pandemic ini pada akhir April 2020.

Menurut Bank Dunia yang dirilis pada tahun 2017, 35 persen penduduk Indonesia yang masih miskin atau rentan jatuh miskin, perhatian yang berkelanjutan diperlukan untuk memberi mereka kesempatan lebih besar agar keluar dari kemiskinan. Selain itu, perluasan kelas menengah merupakan hal yang sejalan dengan agenda pengentasan kemiskinan. Contoh ada sekitar 2,5 juta pengemudi ojek online di Indonesia dan 50% berada di sekitar Jabodetabek, sekitar 1,25 juta pengemudi ojek online. 

Artinya ada sekitar satu juta pengemudi ojek online yang harus diperhatikan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan Pemerintah Pusat dalam meyediakan pangan untuk mereka, dikarenakan Provinsi DKI Jakarta secara resmi mengungumkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) pada hari jum'at, tanggal 10 April lalu selama 14 hari kedepan. 

Bukan hanya pengemudi ojek online saja, supir taksi, angkot, mereka yang bekerja dengan upah harian semuanya pasti mengalami penurunan ekonomi secara drastis, maka dari itu pemerintah pusat dan provinsi dituntut untuk hadir dalam permasalahan besar seperti. Jika tidak, bukan COVID-19 yang akan menyebabkan tingkat kematian ditengah-tengah masyarakat meningkat melainkan karena kelaparan, dan penyakit lain yang menyerang yang membuat seseorang tidak mampu untuk berjalan ke rumah sakit karena tidak memiliki peghasilan.

Problematika sosial memang tidak bisa dilepaskan dari setiap iklim fenomena yang terjadi dan tidak sepenuhnya bisa dihilangkan, tetapi bagaimana peran kuat pemerintah dalam menangani hal ini. Akhir-akhir ini kita juga dipertontonkan dengan sejumlah masalah sosial yang sangat disayangkan yang dirasakan oleh sejumlah dokter dan perawat di rumah sakit yang menangani kasus COVID-19 ini. 

Misalnya hari ini seorang dokter tak mampu untuk pulang kerumah karena takut keluarganya tertular jika ia tertular, ada perawat yang akhirnya tidur di rumah sakit tempat ia bekerja karena diusir dari kosannya, dan ada beberapa daerah yang menolak jenazah yang meninnggal disebabkan COVID-19.

Ternyata bukan hanya pemerintah, masyarakat pun harus mendapatkan edukasi yang komperhensif dari pemerintah, karena jika tidak seseorang dengan profesi yang dianggap pahlawan di negara lain, karena mereka bejuang atas dasar sumpah mereka dan meninggalkan keluarga dengan tidak menentu akan kembali lagi atau tidak haruslah mendapatkan dukungan penuh dari masyrakat dan pemeritah.

Tidak bisa dipungkiri juga problematika sosial yang terjadi ditengah pandemi ini tidak selalu buruk, kini dengan banyaknya waktu dirumah, orangtua banyak memberikan pendidikan secara langsung yang belum pernah mungkin diberikan sebelumnya, baik secara keilmuan maupun secara keagamaan, sekarang sholat lima waktu dijalankan dengan berjamaah dirumah tanpa halangan apapun. Seorang anak dapat melakukan hal-hal bermanfaat untuk membantu kedua orangtuanya dalam mengurusi suatu pekerjaan. Sekarang interaksi antara orangtua dan anak sangat dirasakan sangat itensif dari sebelumnya.

Maka sesungguhnya Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an, Surah Al-Baqarah ayat 286 yang artinya: "Allah tidak membebani seseorang hamba melainkan sesuai dengan kesanggupannya...". Semoga ada hikmah yang bisa kita ambil dan pelajari dari kejadian yang terjadi hari ini, semoga Allah SWT menguatkan hati seluruh umat muslim di Indonesia dengan tabah, sabar, ikhlas, tetap berikhtiar, dan bertawakal kepada Allah SWT. Wallahu a'lam bi al-shawwab.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun