Program Belajar Bersama Komunitas (BBK) Kampung Emas Madani 2.0 merupakan program percepatan penurunan stunting di Kota Surabaya, dengan menerjunkan mahasiswa Universitas Airlangga di seluruh kelurahan di Kota Surabaya. Dalam satu kelompok terdapat tiga anggota kelompok yang berasal dari Fakultas Kesehatan Masyarakat khususnya prodi Gizi, Fakultas Keperawatan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program kampung emas ini dilaksanakan di seluruh kelurahan di Kota Surabaya salah satunya adalah Kelurahan Lontar yang bekerja sama dengan Puskesmas Lontar.
Kegiatan intervensi ini berfokus pada tiga pilar utama yang meliputi Laduni (Layanan Terpadu Pra-nikah), SBCC-BESTIEZ (Social Behaviour Change Communication: Bunda teredukasi sehat, hebat, peduli gizi) dan Formulasi pangan beriman melalui pembuatan produk pangan lokal berbasis hewani.
Stunting merupakan masalah gizi kronis, akibat kurangnya asupan gizi dalam jangka waktu panjang sehingga mengakibatkan terganggunya pertumbuhan pada anak. Beberapa penyebab stunting sendiri adalah kurangnya asupan yang diserap oleh tubuh mulai dari masih di dalam kandungan, dimana ketika dalam kandungan sang ibu tidak memperhatikan asupan gizi yang diberikan selama masa kehamilan, akibatnya terjadilah ketidaksempurnaan pada pertumbuhan sang anak.
Puncak kegiatan Kampung Emas ini adalah penyelenggaraan edukasi, sosialisasi serta demonstrasi pangan lokal yang dilaksanakan pada 29 November 2023 di Aula Kecamatan Sambikerep. Kegiatan sosialisasi ini diikuti oleh seluruh responden sasaran serta kader surabaya hebat (KSH) setempat dan dihadiri oleh pihak Kecamatan Sambikerep, Kelurahan Lontar, petugas gizi Puskesmas Lontar serta dosen pembimbing lapangan. Kegiatan ini dilakukan dengan pemaparan materi dari mahasiswa mengenai permasalahan KEK, stunting, Obesitas dan pemaparan formulasi pangan yang sudah dibuat, serta terdapat kegiatan pelatihan Training of Trainers (ToT) kader oleh puskesmas. Pelatihan ToT ini akan dapat membantu kader untuk lebih memahami mengenai stunting dan sebagai bekal untuk ikut serta dalam pencegahan kejadian stunting. Peserta sosialisasi juga diminta untuk mengerjakan pre-test dan post-test yang dibuat dengan metode KAP (Knowledge-Attitude-Practice) untuk mengukur pemahaman peserta setelah dilaksanakan sosialisasi mengenai stunting. Dari hasil perbandingan nilai antara pre-test dan post-test, 100% nilai peserta meningkat yang menunjukkan bahwa pengetahuan, sikap dan perilaku peserta bertambah dan memahami materi yang dipaparkan.
Kegiatan demonstrasi pangan dengan produk olahan lokal yang sudah dibuat yaitu Dimsum Ikan Lele, dilakukan pada saat edukasi dan sosialisasi dengan penampilan video pembuatan, disertai dengan pemberian media leaflet dan produk dimsum ikan lele. Harapannya produk formulasi pangan yang kami demonstrasikan nantinya bisa menjadi salah satu sumber referensi pengolahan makanan dengan protein tinggi yaitu ikan lele yang mudah ditemukan dimana saja dengan harga yang terjangkau.
“Semoga setelah dilaksanakan program kampung emas ini dengan tiga program utama yang sudah dilaksanakan, melalui proses analisis situasi awal kemudian dilanjutkan dengan menetapkan responden sasaran yang meliputi ibu hamil dengan KEK, calon pengantin serta balita stunting untuk dilaksanakan wawancara dan intervensi sesuai dengan program yang sudah dibuat serta sosialisasi yang sudah dilaksanakan, harapannya dapat memberikan manfaat bagi masyarakat Kelurahan Lontar khususnya juga untuk Pihak Puskesmas dan Kelurahan Lontar dalam rangka penurunan stunting di Kelurahan Lontar” ujar Ragil Parameswari selaku ketua kelompok 30 Kelurahan lontar.
Penulis: Ragil Parameswari Adji, Fianita Azzura, Asykhurin Ni’matika ‘Ulia
Editor: Asykhurin Ni’matika ‘Ulia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H