Tri Jati diri paguyuban pasundan adalah konsep yang sangat relevan dalam era globalisasi saat ini, karena nilai lokal dan budaya sering kali terancam oleh arus modernisasi dan globalisasi yang cepat. Konsep ini mengajarkan tentang pentingnya mempertahankan identitas dan nilai-nilai budaya lokal di zaman kemajuan teknologi yang canggih. Konsep tri jati diri pasudan antara lain adalah silih asah, asih, dan asuh, yang memuat "Salapan Rawayan" sebagai manusia utama dengan ciri-ciri cageur, bageur, bener, pinter, singer, teger, pangger, wanter, dan cangker. Tri jati diri ini menggambarkan menggambarkan nilai-nilai dan karakteristik yang dihargai dalam budaya dan tradisi Sunda.Â
Menurut falsafah Sunda silih asah, silih asih, silih asuh bisa dijadikan salah satu alternatif dalam bersosialisasi karena yang dimaksud dengan hal tersebut adalah akan berkontribusi pada pembentukan kondisi masyarakat yang mempunyai karakter/jati diri, memberikan arah untuk saling menyemangati, menebar cinta kasih dan saling menjaga dalam hal ini saling harga menghargai antar sesama manusia sehingga dapat meningkatkan kualitas kehidupan kemanusiaannya, dan inilah yang menjadi kebiasaan dalam kehidupan masyarakat sunda yang terdapat kearifan budaya yang meletakan pentingnya keharmonisan hubungan antar manusia.Â
Silih Asah, yang berarti saling memberi pengetahuan dan belajar satu sama lain. Yaitu menguatkan intelektual dan logika cara berpikir masyarakat, terlebih pada era digital yang berkembang sangat pesat ini dan memungkinkan berbagai akses informasi yang sangat cepat menjadi ancaman bagi masyarakat sunda dalam menjaga kearifan lokal dan pengetahuan untuk mengembangkan nilai tradisi merekan.Â
Silih Asih, yang berarti saling mengasihi dan peduli antar masyarakat. Dalam hal 'Asih' ini sangat penting dan masih relevan hingga sekarang, karena merupakan tiang dalam bertoleransi pada perbedaan di tengah arus modernisasi yang mengarah pada materialistik dan individualisme, nilai kekeluargaan dan solidaritas. Masyarakat sunda dikenal dengan erat pada komunitas masyarakat dan saling mendukung satu sama lain.Â
Silih Asuh, yang berarti mendidik dan membimbing yang dimaknai dengan sistem among pada konteks globalisasi ini. Masyarakat sunda yang tetap meghargai dan melestarikan budaya lokal di era budaya luar yang terus intervensi memasuki diantara anak muda. Masyarakat sunda perlu membimbing dan mengarahkan satu sama lain agar tidak hilangnya tradisi dan nilai-nilai yang tergerus oleh arus globalisasi.Â
Dalam konteks Tri Jati Diri paguyuban pasundan menjadi sangat relevan sebagai panduan dalam menjaga budaya lokal sunda ditengah era modernisasi yang terus berlanjut. Konsep ini sangat penting untuk ditanamkan dan di laksanakan sebagai upaya melestarikan nilai-nilai tradisi kepasundanan dan masyarakat sunda
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H