Mohon tunggu...
Asyifa Lutfiana
Asyifa Lutfiana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Memiliki minat di Science IT

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pemuda Berani Beropini, Apakah Salah?

14 April 2023   17:55 Diperbarui: 14 April 2023   17:58 344
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pemuda Lampung dengan sosial media Instagram @awbimax yang sedang menjalani masa studinya di Australia belum lama ini mengunggah kritikan untuk daerah Lampung secara terang-terangan. 

Hal tersebut membuat Gindha Ansori, salah satu warga Lampung dan bekerja sebagai advokat langsung melaporkan sang content creator bernama Bima Yudho Saputro dengan tuduhan menjelekkan daerahnya. Dalam konten tersebut, Bima mengungkapkan alasan-alasan Lampung belum maju. 

Memang, diawal ia sempat menggunakan kata kasar dengan alasan jika ia hanya menggunakan kata-kata yang sopan dan lembut pastinya hal tersebut tidak mengundang kontroversi seperti sekarang ini.

Banyak masyarakat yang mendukung Bima di sosial media. Salah satunya diungkapkan oleh pemilik akun @nico_h512 "Wah, inilah baru roda penggerak negara sesungguhnya, ia menghentak, dan tak terhentikan, karena ia benar. 

Inilah baru "Anak Negri" @awbimax , berani berpendapat, mengkritik, menyatakan kebenaran, thanks for become the light of my country 🇮🇩." melalui Instagram. Di Australia pun, Bima mengungkapankan bahwa warga Indonesia yang menetap disana juga meberikan dukungan positif bagi Bima. 

Namun, beberapa jam yang lalu Bima kembali mengunggah keresahannya. Bukan mengenai dirinya karena dapat dikatakan dirinya baik-baik saja di Australia. Akan tetapi, ia mengkhawatirkan orang tuanya yang masih menetap di Indonesia. 

Melalui akunnya, Ia mengatakan bahwa sejumlah polisi daerah mendatangi rumahnya dengan meminta beberapa dokumen Bima salah satunya ijazah. Tak hanya itu, Bima juga diperintah untuk berhenti mengkritik. 

Bima pun sempat menangis diunggahannya, lantaran ayahanda Bima adalah seorang PNS yang akan pensiun tiga bulan lagi. Haru mengundang ketika ia mengungkapkan ke khawatirannya.

Sebegitu salahnyakah mengutarakan opini yang sebenarnya adalah hak masyarakat Indonesia. Sedikit sekali pemuda yang berani mengungkapkan keresahan-keresahannya. 

Apalagi yang diungkapkannya tidak hanya mengandung permasalahan pribadi, tetapi seluruh masyarakat setempat. Sebagai masyarakat Indonesia yang menjunjung keadilan rasanya tidak etis, ketika salah satu warganya merasa tidak aman hanya karena beropini. 

Bahkan, seharusnya pemerintah menjaga Bima dan keluarganya dari tuntutan-tuntutan yang datang karena Bima juga tidak bermaksud menyudutkan salah satu pihak. Apa yang diungkapkan Bima seharusnya menjadi wadah aspirasi bagi Indonesia. Selain itu, opini tersebut juga menjadi bahan bagi masyarakat dan pemerintah Indonesia untuk saling berintospeksi diri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun