Bekasi, 30 November 2024 -- Kota Jakarta kini memiliki kebanggaan di bidang seni dan budaya dengan hadirnya Museum Tekstil Jakarta. Museum ini diresmikan sebagai ruang edukasi dan apresiasi yang memperkenalkan kekayaan tekstil tradisional Indonesia kepada masyarakat luas, sekaligus mendukung pelestarian warisan budaya bangsa.
Tentang Museum Tekstil Jakarta
Berdiri sejak 28 Juni 1976, Museum Tekstil terletak di Jl. K.S. Tubun No.2-4, RT.4/RW.2, Kota Bambu Sel., Kec. Palmerah, Kota Jakarta Barat, Museum Tekstil Jakarta mengusung konsep modern yang tetap menjaga nilai tradisional. Dengan koleksi kain yang mencerminkan keanekaragaman budaya dari seluruh Nusantara, museum ini menjadi tempat ideal untuk mempelajari proses, filosofi, dan keindahan seni tekstil Indonesia.
Pada abad ke-19, bangunan museum ini merupakan rumah pribadi warga negara Prancis. Kemudian dibeli oleh Konsul Turki bernama Abdul Azis Al Mussawi Al Kateri yang menetap di Indonesia. Selanjutnya, pada tahun 1942 kepemilikan bangunan ini beralih ke Karel Christian Crucq.
Pada masa perjuangan kemerdekaan Indonesia, gedung ini menjadi markas Barisan Keamanan Rakyat (BKR) dan tahun 1947 didiami oleh Lie Sion Pin. Pada tahun 1952 dibeli oleh Departemen Sosial dan pada tanggal 25 Oktober 1975 diserahkan kepada Pemda DKI Jakarta yang untuk kemudian pada tanggal 28 Juni 1976 diresmikan penggunaannya oleh Ibu Tien Soeharto sebagai Museum Tekstil.
Pendirian museum tekstil dilatarbelakangi oleh penurunan tren kain tradisional yang dimulai pada tahun 1970. Penurunan tersebut diiringi dengan berkurangnya pemahaman mengenai penggunaannya serta kuantitas dan kualitas kain tradisional. Tak ayal, terdapat dorongan dari para pencinta kain tradisional untuk membuat organisasi yang berorientasi pada pelestarian kain tradisional. Organisasi Wastraprema pun terbentuk, mereka menyumbangkan 500 kain tradisional kepada pemerintahan DKI Jakarta.
Setelah peresmian, pada tahun 1985 dibangun dua gedung baru yang dipergunakan untuk ruang perawatan, ruang penyimpanan koleksi, ruang pengenalan wastra, auditorium, perpustakaan dan kantor. Selanjutnya, pada tanggal 2 Oktober 2010 Museum Tekstil melakukan bekerja sama dengan Yayasan Batik Indonesia dan meresmikan Galeri Batik yang menyajikan koleksi Batik dari seluruh Indonesia. Pada satu waktu, UNESCO mengakui batik sebagai warisan budaya dunia asal Indonesia piagam Warisan Budaya Tak Benda.
Museum Tekstil Jakarta adalah bagian dari upaya pelestarian budaya yang diinisiasi oleh pihak pengelola, seperti pemerintah daerah atau yayasan. Museum ini berkomitmen untuk menjaga dan merayakan kekayaan tekstil Indonesia melalui pameran, edukasi, dan kolaborasi lintas komunitas. Agar tidak kehilangan tekstil asli Indonesia, maka Kelompok Pecinta Kain Tradisional Indonesia atau Wastraprema yang diwakili oleh Ir.Safioen yang saat itu selaku Dirjen Tekstil Departemen Perindustrian, mengusulkan adanya museum tekstil. Gubernur DKI Jakarta pada waktu itu dijabat oleh Bapak Ali Sadikin mendukung upaya ini dan menyediakan tempat bagi museum yang akan didirikan yaitu gedung yang berada di Jalan K.S Tubun tersebut.Â
Koleksi Museum Tekstil Jakarta
Awalnya terdiri dari 500 koleksi yang diperoleh dari sumbangan Wastraprema. Seiring berjalannya waktu, koleksi semakin bertambah melalui pembelian oleh Dinas Museum dan Sejarah/ Dinas Museum dan Pemugaran/Dinas Kebudayaan dan Permuseuman, serta sumbangan dari masyarakat baik secara individu maupun kelompok. Saat ini Museum Tekstil tercatat menyimpan 1914 koleksi yang terdiri dari koleksi kain batik, koleksi kain tenun, koleksi campuran, serta koleksi busana dan tekstil kontemporer.Selain itu di sana juga sering ada pameran dan terdapat kegiatan penelitian dan pengembangan tentang tekstil khususnya batik dan tenun.Â
Program dan Fasilitas di Museum Tekstil Jakarta