Pemilihan kepala daerah bukan sekadar tentang memilih pemimpin yang memiliki program terbaik, tetapi juga pemimpin yang mampu mempersatukan masyarakat.
Dalam kontestasi politik, kehadiran sosok yang bisa menjadi perekat bagi warga dari berbagai latar belakang adalah nilai yang sangat penting.
Seorang pemimpin yang baik adalah mereka yang memahami keragaman masyarakat, menghargai setiap suara, dan bekerja untuk kepentingan bersama, bukan untuk segelintir golongan.
Di tengah proses pemilihan, perbedaan pendapat merupakan hal yang wajar dan seharusnya bisa memperkaya sudut pandang kita dalam menentukan pilihan.
Namun, agar perbedaan ini membawa manfaat, penting bagi kita untuk menjaga etika dan berdiskusi dengan santun.
Ketika pandangan berseberangan, kita tetap bisa menghargai tanpa menyerang pribadi atau memprovokasi.
Sebab, pemilihan kepala daerah yang sehat hanya bisa tercipta jika setiap individu mengedepankan kedewasaan dan rasa hormat dalam berdiskusi.
Menghindari serangan pribadi dan isu SARA adalah langkah penting untuk menjaga integritas demokrasi kita.
Serangan pribadi hanya menurunkan kualitas debat publik dan mencerminkan ketidakdewasaan. Sementara itu, isu SARA bisa sangat memecah belah, karena memanfaatkan perbedaan untuk menanamkan ketakutan atau kebencian antarwarga.
Padahal, dalam sebuah masyarakat yang beragam, perbedaan bukanlah ancaman, tetapi kekayaan yang perlu kita rawat bersama.