Perjalanan hari ini penuh dengan tantangan yang tak terduga. Setelah menyelesaikan pelayanan di Kampung Roca, penulis memulai perjalanan pulang dengan harapan bisa tiba di rumah tanpa hambatan berarti.
Kampung Roca, meskipun tidak terlalu jauh dari pusat ibu kota kabupaten, tetap menyimpan berbagai kejutan di balik jaraknya yang dekat.
Tadi siang, 1 September 2024, perjalanan penulis terpaksa harus dihentikan dan berbalik arah karena banjir yang menggenangi jalan alternatif, melewati jalan penepah. Padahal, perjalanan sudah memakan waktu sekitar 20 menit dari Kampung Roca.
Dengan tekad untuk tidak menyerah, penulis mencoba mencari jalan alternatif lainnya. Sayangnya, jalan alternatif yang dimaksudkan juga mengalami hal yang serupa.
Air menggenangi sebagian besar jalannya, membuat kendaraan sulit untuk melintas. Namun, penulis tidak punya banyak pilihan selain melanjutkan perjalanan melalui jalan tersebut, meskipun harus mendorong kendaraan agar bisa melewati genangan air.
Setiap langkah seakan menjadi perjuangan tersendiri, dan penulis merasa bahwa inilah sedikit dari apa yang sering dihadapi oleh warga Kampung Roca dalam kehidupan mereka.
Sebelum penulis mulai mendorong kendaraan, seorang warga Kampung Roca melintas dengan motornya. Kendaraannya tiba-tiba mati di tengah genangan air karena businya terkena air, ujarnya. Ia harus berulang kali menghidupkan motornya menggunakan pedal engkol.
Kampung Roca bukanlah tempat yang asing bagi penulis. Penulis pernah menulis tentang kampung ini dalam sebuah tulisan berjudul "Rocaku Sayang: Kampung Dekat dengan Pusat Kota Kabupaten Sekadau."
Tulisan itu menggambarkan berbagai tantangan yang dihadapi oleh penduduk setempat, terutama ketika musim hujan tiba.