Kau pergi tanpa pamit, seolah aku tak layak tahu
Aku terkurung dalam sakit, kau dalam keabadian, lucu bukan?
Tak bisa menjengukmu, bahkan tak bisa menangis di hadapan jasadmu
Apa arti semua ini? Hanya kenangan yang tersisa, begitu?
Mungkin kita hanya bercanda tentang kehidupan
Selamat tinggal, atau selamat tertawa dalam kesunyian kawan
Kini, hanya dinginnya malam yang menemani
Sunyi tak lagi asing, tak ada kabar yang kutunggu
Semuanya terasa hampa, meski dunia terus berputar
Mereka bilang kau di tempat yang penuh damai
Di hadapan Tuhan, di mana sukacita abadi menanti
Tapi aku bertanya, apa aku bisa merasakan damai yang sama?
Kita sering tertawa, memandang kematian sebagai teka-teki
Sekarang kau sudah melihat wajah-Nya, menerima kasih-Nya
Aku di sini, berdoa agar Tuhan juga menguatkanku
Mungkin ini rencana-Nya, lelucon yang tak kumengerti
Namun aku berharap, suatu hari nanti, kita bertemu lagi
Dalam kebahagiaan sejati yang tak lagi terpisah oleh waktu
Sekadau, 22 Agustus 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H